BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diantara banyak waktu yang dihabiskan manusia di dunia adalah perang dan diantara sekian banyak peperangan ada satu perang yang hingga kini dianggap terbesar antara dunia Barat dengan dunia Timur walaupun tidak murni konflik Barat-Timur. Perang yang dimaksud adalah Perang Pasifik (7 Desember 1941 – 2 September 1945). Perang ini bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, terutama bukanlah peristiwa yang muncul begitu saja, tetapi berkaitan dengan berbagai konflik lain sebelumnya yang kemudian bermuara pada Perang Dunia II (1 Septmber 1939 – 2 September 1945), perang terbesar yang pernah diciptakan manusia. Dalam Perang Pasifik Amerika Serikat Turut ambil bagian dalam peristiwa tersebut dan secara langsung masuk ke dalam dokumen sejarah Amerika. Dalam hal ini kami merasa terhormat untuk dapat menjelaskan peristiwa sejarah ini secara garis besar yang termuat dalam makalah kami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pemicu Perang Pasifik dilihat dari keadaan di Eropa, alasan ekspansi Jepang di Pasifik dan kebijakan Amerika Serikiat atas sikap Jepang?
2. Bagaimana Jalannya Perang Pasifik?
3. Apa saja dampak Perang Pasifik, bagi Jepang dan Negara Asia dan Pasifik?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini awal mulanya dimagsudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah amerika utara. Membahas Amerika Utara tak lain membahas mengenai sejarah Amerika. Sejak benua tersebut ditemukan sampai memasuki abad 21. Tetapi dalam makalah ini kami muat permasalahan megenai keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik, masalah ini merupakan sejarah yang besar bagi Amerika Serikat dan Jepang. Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Pasifik dapat dilihat dari pemicu Perang Pasifik, Jalannya Perang Pasifik, serta dampak Perang Pasifik
BAB II
PEMICU PERANG PASIFIK
A. Amerika Serikat Menyikapi Perang di Eropa
Ekspansi totaliter di Jerman dan Italy. Italy yang terjerumus fasisme memperluas batas wilayahnya di Libya dan pada tahun 1935 menyerang Etiophia. Jerman dimana Adolf Hitler telah membentuk partai Sosialis Nasional dan mengambil alih pemerintahan pada tahun 1933 menguasai Rhineland dan membangun angkatan bersenjata besar – besaran.
Saat wujud dari gerakan Totaliter itu terbuka rakyat Amerika yang cemas terkena sentiment menutup diri. Tahun 1938 setelah Hitler mencaplok Austria tuntutannya akan Suttedenland dapat membuat perang pecah kapan saja. Amerika Serikat mengumumkan bahwa Negara – Negara yang terlibat konflik dalam situasi apapun tidak dapat meminta bantuan. Perundang – undangan yang berkaitan dengan netralitas, melarang perdagangan atau pemberian pinjaman kepada negara – negara yang sedang berperang. Tujuannya untuk mencegah apapun caranya keterlibatan Amerika Serikat dalam perang yang bukan perang Amerika.
Sentimen mengisolasi diri Amerika semakin menguat ketika Nazi menyerang Polandia tahun 1939 dan Perang Dunia II pecah, sekalipun rakyat Amerika sama sekali tidak netral dalam hati mereka melihat korban yang diakibatkan oleh agresi Jerman sehingga cenderung untuk memihak Sekutu. Namun di bawah situasi semacam ini Roosevelt hanya bisa menunggu sampai opini masyarakat mengenai keterlibatan Amerika Serikat berubah atas peristiwa yang terjadi. Pada tahun 1940 dengan jatuhnya Perancis ke tangan Jerman dan serangan udara terhadap Inggris menimbulkan perdebatan antara mereka yang menyokong demokrasi dengan kaum isolasionis yang tergabung dalam komite Amerika Terlebih Dahulu, komite ini mendapat dukungan dari golongan konserfatif sehingga terbentuk komite untuk Membela Amerika dengan Membantu Sekutu. Amerika Serikat bergabung dalam Dewan Pertahanan Bersama dengan Kanada dan bersekutu dengan Negara – Negara Amerika Latin. Kongres yang yang dihadapkan dengan krisis yang semakin menggunung menyetujui penambahan anggaran persenjataan dan di bulan September 1940 meloloskan rancangan undang – undang wajib militer pada masa damai. Kongres menyetujui Pinjam – Sewa yang memungkinkan Roosevelt mentransfer senjata dan peralatan lainnya ke mana saja terutama Inggris, Uni Soviet dan Cina yang dianggap penting bagi pertahanan Amerika. Total bantuan pada saat perang berakhir mencapai $50 miliar.Saat pemilihan Presiden tahun 1940 lawan politik Roosevelt dari partai Republik malah mendukung kebijakan luar negeri Roosevelt sehingga pada bulan November sekali lagi Roosevelt terpilih menjadi presiden untuk yang ketiga kalinya.
B. Alasan Ekspansi Jepang
Dengan pecahnya perang di Eropa Jepang menyambutnya dengan gembira dikarenakan adanya desakan ekonomi dan kepadatan penduduk ditambah dengan adanya ajaran filsafat Cina kuno sehingga mempertebal semangat untuk mengadakan ekspansi. Situasi di Eropa menjadi suatu peluang bagi Jepang karena semua mata pasti akan tertuju ke Eropa. Tahun 1921 Dalam konferensi Angkatan laut di Washington Amerika – Inggris menentukan bahwa perbandingan tonase di antara kapal – kapal besar di antara Amerika – Inggris – Jepang sebagai 5 – 5 – 3. Diskriminasi ini tentu digunakan sebaik – baiknya oleh kaum militeris Jepang sebagai bahan propaganda. Krisis ekonomi sedunia 1929 ikut memukul Jepang, beberapa usaha tutup dan jutaan orang menganggur. Suasana tersebut menampilkan radikalisme: Jepang perlu perubahan drastis berupa pembaharuan ke dalam dan penaklukan ke luar. Salah satu undang – undang imigrasi Amerika tahun 1924 yang menutup pintu serapat – rapatnya bagi imigrasi orang Jepang merupakan suatu tindakan diskriminasi lagi bagi orang Jepang yang sangat melukai hati orang Jepang. Dari penjelasan di atas menimbulkan semangat yang kuat untuk melakukan ekspansi ke Pasifik.
C. Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Sikap Jepang
Konflik perang mulai di Asia beberapa tahun sebelum pertikaian di Eropa. Jepang telah menginvasi China pada tahun 1931, jauh sebelum Perang Dunia II dimulai di Eropa. Pada 1 Maret, Jepang menunjuk Henry Pu Yi menjadi kaisar di Manchukuo, negara boneka bentukan Jepang di Manchuria. Pada 1937, perang telah dimulai ketika Jepang mengambil alih Manchuria.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada Mei 1940 mengijinkan personel militer AS untuk mundur dari tugas, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di China sebagai "American Volunteer Group" (AVG), juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama periode tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap Burma. Tahun 1940 tampak Jepang menuju ke selatan dan tanggal 27 September Jepang menandatangi Tiga Kekuatan yang terlebih dahulu telah diteken oleh Hitler dan Mussolini. Atas ijin pemerintah Vichi yang lemah Jepang menguasai Indocina, Amerika langsung mengembargo penjualan minyak dan ekspor besi tua kepada Jepang. Setelah ke selatan untuk mendapatkan minyak, timah dan karet di Malaya yang dikuasai Inggris dan Hindia Timur yang dipegang Belanda. Pada bulan Juli 1941 Jepang menduduki sisa daratan Indocina sebagai reaksi Amerika membekukan aset Jepang. Jenderal Hideki Tojo menjadi perdana mentri Jepang pada bulan Oktober 1941. Di pertengahan November ia mengirimkan utusan khusus ke Amerika Serikan untuk bertemu dengan mentri luar negeri Hul. Jepang antara lain menuntut agar Amerika Serikat mencairkan asset Jepang dan menghentikan ekspansi Angkatan Laut Amerika Serikan di Pasifik. Hull membalas dengan usulan agar Jepang mundur dari Cina dan Indocina sebagai ganti pelepasan asset – asset yang dibekukan. Jepang meminta waktu dua minggu untuk mempelajarinya akan tetapi mereka menolaknya pada 1 Desember, tanggal 6 Desember Presiden Roosevelt memohon langsung ke kaisar Jepang, Hirohito. Namun pada pagi harinya pesawat – pesawat Jepang menyerang armada Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour.
Roosevelt menandatangani sebuah perintah eksekutif yang tidak diterbitkan (rahasia) pada Mei 1940 mengijinkan personel militer AS untuk mundur dari tugas, sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam operasi terselubung di China sebagai "American Volunteer Group" (AVG), juga dikenal sebagai Harimau Terbang Chennault. Selama periode tujuh bulan, kelompok Harimau Terbang berhasil menghancurkan sekitar 600 pesawat Jepang, menenggelamkan sejumlah kapal Jepang, dan menghentikan invasi Jepang terhadap Burma. Tahun 1940 tampak Jepang menuju ke selatan dan tanggal 27 September Jepang menandatangi Tiga Kekuatan yang terlebih dahulu telah diteken oleh Hitler dan Mussolini. Atas ijin pemerintah Vichi yang lemah Jepang menguasai Indocina, Amerika langsung mengembargo penjualan minyak dan ekspor besi tua kepada Jepang. Setelah ke selatan untuk mendapatkan minyak, timah dan karet di Malaya yang dikuasai Inggris dan Hindia Timur yang dipegang Belanda. Pada bulan Juli 1941 Jepang menduduki sisa daratan Indocina sebagai reaksi Amerika membekukan aset Jepang. Jenderal Hideki Tojo menjadi perdana mentri Jepang pada bulan Oktober 1941. Di pertengahan November ia mengirimkan utusan khusus ke Amerika Serikan untuk bertemu dengan mentri luar negeri Hul. Jepang antara lain menuntut agar Amerika Serikat mencairkan asset Jepang dan menghentikan ekspansi Angkatan Laut Amerika Serikan di Pasifik. Hull membalas dengan usulan agar Jepang mundur dari Cina dan Indocina sebagai ganti pelepasan asset – asset yang dibekukan. Jepang meminta waktu dua minggu untuk mempelajarinya akan tetapi mereka menolaknya pada 1 Desember, tanggal 6 Desember Presiden Roosevelt memohon langsung ke kaisar Jepang, Hirohito. Namun pada pagi harinya pesawat – pesawat Jepang menyerang armada Angkatan Laut Amerika di Pearl Harbour.
BAB III
JALANNYA PERANG PASIFIK
1941: Pearl Harbor, A.S. turut serta dalam perang, invasi Jepang di Asia Tenggara
Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang. Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma, dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dalam sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
1942: Invasi Hindia-Belanda
Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda. Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini. Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan sekutu kalah dan Karel Doorman gugur. Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong. Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang. 1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal
Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang. Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina, dan juga koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma, dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dalam sejarah yang paling memalukan bagi Britania.
1942: Invasi Hindia-Belanda
Penyerbuan ke Hindia Belanda diawali dengan serangan Jepang ke Labuan, Brunei, Singapura, Semenanjung Malaya, Palembang, Tarakan dan Balikpapan yang merupakan daerah-daerah sumber minyak. Jepang sengaja mengambil taktik tersebut sebagai taktik gurita yang bertujuan mengisolasi kekuatan Hindia Belanda dan Sekutunya yang tergabung dalam front ABDA (America (Amerika Serikat), British (Inggris), Dutch (Belanda), Australia) yang berkedudukan di Bandung. Serangan-serangan itu mengakibatkan kehancuran pada armada laut ABDA khususnya Australia dan Belanda. Sejak peristiwa ini, Sekutu akhirnya memindahkan basis pertahanannya ke Australia meskipun demikian Sekutu masih mempertahankan beberapa kekuatannya di Hindia Belanda agar tidak membuat Hindia Belanda merasa ditinggalkan dalam pertempuran ini. Jepang mengadakan serangan laut besar-besaran ke Pulau Jawa pada bulan Februari-Maret 1942 dimana terjadi Pertempuran Laut Jawa antara armada laut Jepang melawan armada gabungan yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Armada Gabungan sekutu kalah dan Karel Doorman gugur. Jepang menyerbu Batavia (Jakarta) yang akhirnya dinyatakan sebagai kota terbuka, kemudian terus menembus Subang dan berhasil menembus garis pertahanan Lembang-Ciater, kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan Sekutu-Hindia Belanda terancam. Sementara di front Jawa Timur, tentara Jepang berhasil menyerang Surabaya sehingga kekuatan Belanda ditarik sampai garis pertahanan Porong. Terancamnya kota Bandung yang menjadi pusat pertahanan dan pengungsian membuat panglima Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Poorten mengambil inisiatif mengadakan perdamaian. Kemudian diadakannya perundingan antara Tentara Jepang yang dipimpin oleh Jendral Hitoshi Imamura dengan pihak Belanda yang diwakili Letnan Jendral Ter Poorten dan Gubernur Jendral jhr A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Pada Awalnya Belanda bermaksud menyerahkan kota Bandung namun tidak mengadakan kapitulasi atau penyerahan kekuasaan Hindia Belanda kepada Pihak Jepang. Pada saat itu posisi Panglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda tidak lagi berada pada Gubernur Jendral namun diserahkan kepada Ter Poorten sehingga dilain waktu Belanda menganggap bahwa kedudukan di Hindia Belanda masih tetap sah dilanjutkan. Namun setelah Jepang mengancam akan mengebom kota Bandung akhirnya Jendral Ter Poorten setuju untuk menyerah tanpa syarat kepada Jepang. 1942: Laut Coral, Port Moresby, Midway, Guadalcanal
Pada Mei 1942, serangan laut terhadap Port Moresby, Papua Nugini digagalkan oleh pasukan Sekutu dalam Perang Laut Coral. Kalau saja penguasaan Port Moresby berhasil, Angkatan Laut Jepang dapat juga menyerang Australia. Ini merupakan perlawanan pertama yang berhasil terhadap rencana Jepang dan pertarungan laut pertama yang hanya menggunakan kapal induk. Sebulan kemudian invasi Atol Midway dapat dicegah dengan terpecahnya pesan rahasia Jepang, menyebabkan pemimpin Angkatan Laut AS mengetahui target berikut Jepang yaitu Atol Midway. Pertempuran ini menyebabkan Jepang kehilangan empat kapal induk yang industri Jepang tidak dapat menggantikannya, sementara Angkatan Laut AS kehilangan satu kapal induk. Kemenangan besar buat AS ini menyebabkan Angkatan Laut Jepang kini dalam posisi bertahan.
Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah. Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang getir dan bertahan kukuh. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika Serikat. Pada akhir Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal, sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari 1943. 1943–45: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik
Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan Hindia Belanda, dan mengalami beberapa perlawanan paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut terbesar sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye Borneo pertengahan tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu. Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.
Tentara Nasionalis China (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara Komunis China dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang pendudukan Jepang terhadap China, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis China. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi China yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai terhenti di perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945-1949. Setelah merebut kembali seluruh Burma, serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang berakhir.
1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom, Jepang menyerah kalah Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan kota tersebut.
Namun, dalam bulan Juli penyerangan darat terhadap Port Moresby dijalankan melalui Track Kokoda yang kasar. Di sini pasukan Jepang bertemu dengan pasukan cadangan Australia, banyak dari mereka masih muda dan tak terlatih, menjalankan aksi perang dengan keras kepala menjaga garis belakang sampai tibanya pasukan reguler Australia dari aksi di Afrika Utara, Yunani dan Timur Tengah. Para pemimpin Sekutu telah setuju mengalahkan Nazi Jerman adalah prioritas utama masuknya Amerika ke dalam perang. Namun pasukan AS dan Australia mulai menyerang wilayah yang telah jatuh, mulai dari Pulau Guadalcanal, melawan tentara Jepang yang getir dan bertahan kukuh. Pada 7 Agustus 1942 pulau tersebut diserang oleh Amerika Serikat. Pada akhir Agustus dan awal September, selagi perang berkecamuk di Guadalcanal, sebuah serangan amfibi Jepang di timur New Guinea dihadapi oleh pasukan Australia dalam Teluk Milne, dan pasukan darat Jepang menderita kekalahan meyakinkan yang pertama. Di Guadalcanal, pertahanan Jepang runtuh pada Februari 1943. 1943–45: Serangan Sekutu di Asia dan Pasifik
Pasukan Australia and AS melancarkan kampanye yang panjang untuk merebut kembali bagian yang diduduki oleh Pasukan Jepang di Kepulauan Solomon, New Guinea dan Hindia Belanda, dan mengalami beberapa perlawanan paling sengit selama perang. Seluruh Kepulauan Solomon direbut kembali pada tahun 1943, New Britain dan New Ireland pada tahun 1944. Pada saat Filipina sedang direbut kembali pada akhir tahun 1944, Pertempuran Teluk Leyte berkecamuk, yang disebut sebagai perang laut terbesar sepanjang sejarah. Serangan besar terakhir di area Pasifik barat daya adalah kampanye Borneo pertengahan tahun 1945, yang ditujukan untuk mengucilkan sisa-sisa pasukan Jepang di Asia Tenggara, dan menyelamatkan tawanan perang Sekutu. Kapal selam dan pesawat-pesawat Sekutu juga menyerang kapal dagang Jepang, yang menyebabkan industri di Jepang kekurangan bahan baku. Bahan baku industri sendiri merupakan salah satu alasan Jepang memulai perang di Asia. Keadaan ini semakin efektif setelah Marinir AS merebut pulau-pulau yang lebih dekat ke kepulauan Jepang.
Tentara Nasionalis China (Kuomintang) dibawah pimpinan Chiang Kai-shek dan Tentara Komunis China dibawah Mao Zedong, keduanya sama-sama menentang pendudukan Jepang terhadap China, tetapi tidak pernah benar-benar bersekutu untuk melawan Jepang. Konflik kedua kekuatan ini telah lama terjadi jauh sebelum Perang Dunia II dimulai, yang terus berlanjut, sampai batasan tertentu selama perang, walaupun lebih tidak kelihatan.
Pasukan Jepang telah merebut sebagian dari Burma, memutuskan Jalan Burma yang digunakan oleh Sekutu untuk memasok Tentara Nasionalis China. Hal ini menyebabkan Sekutu harus menyusun suatu logistik udara berkelanjutan yang besar, yang lebih dikenal sebagai "flying the Hump". Divisi-divisi China yang dipimpin dan dilatih oleh AS, satu divisi Inggris, dan beberapa ribu tentara AS, membersihkan Burma utara dari pasukan Jepang sehingga Jalan Ledo dapat dibangun untuk menggantikan Jalan Burma. Lebih ke selatan, induk dari tentara Jepang di kawasan perang ini berperang sampai terhenti di perbatasan Burma-India oleh Tentara ke-14 Inggris yang dikenal sebagai "Forgotten Army", yang dipimpin oleh Mayor Jendral Wingate yang kemudian melancarkan serangan balik dan berhasil dengan taktik gerilyanya yang terkenal dan bahkan dijadikan acuan bagi Tentara dan Pejuang Indonesia pada tahun 1945-1949. Setelah merebut kembali seluruh Burma, serangan direncanakan ke semenanjung Malaya ketika perang berakhir.
1945: Iwo Jima, Okinawa, bom atom, Jepang menyerah kalah Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Diantara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 "Enola Gay" yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan kota tersebut.
Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945, bomber B-29 "Bock's Car" yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.
Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menanda tangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 diatas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menanda tangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 diatas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
BAB IV
DAMPAK PERANG PASIFIK
A. Bagi Jepang
1. Kekalahan Jepang membuatnya kehilangan wilayah jajahannya seperti Manchuria, Korea, Asia Tenggara dan daerah mandat di kepulauan Pasifik yang diberikan pada akhir Perang Dunia I.
2. Beberapa negara yang sebelumnya dijajah oleh negara-negara Eropa berhasil memperoleh kemerdekaan seperti Indonesia.
- Kaisar Jepang kehilangan statusnya sebagai dewa. Amerika Serikat sebagai pemenang perang di Pasifik tidak ingin mengadili Hirohito, kaisar Jepang saat itu. Amerika Serikat membutuhkan daerah penyangga (buffer) untuk menahan arus pengaruh komunisme karena Rusia sudah mencapai kawasan timur Asia.
- Jepang tidak diperbolehkan mempunyai angkatan perang, kecuali pasukan pembela diri.
B. Bagi Negara – Negara di Asia dan Pasifik
1. Muncul pemberontakan pribumi melawan imperialis Barat. Belanda, Inggris dan Perancis berharap dapat kembali ke wilayah bekas jajahannya. Semangat dari propaganda Jepang “Asia untuk orang Asia” justru berkobar setelah Jepang kalah.
2. Kaum imperialis agaknya tidak memahami semangat tersebut. Walaupun Jepang telah bersikap kejam terhadap sesama Timur dan Barat telah memperkenalkan modernisasi, rakyat Timur tetap benci kepada arogansi imperialis Barat: menganggap hina bangsa lain dan tidak mengakui hak pribumi mendapat kemerdekaan atau menentukan nasib sendiri. Keberanian Jepang menghadapi dan sempat mengalahkan Barat menimbulkan kekaguman yang pada giliran membangkitkan rasa percaya diri Timur.
3. Pada pertengahan tahun 1945 rakyat pribumi menuntut hak: rasa nasionalisme yang kuat memaksa Inggris melepas Birma, India, Sri Langka dan Malaya. Indonesia dicabik-cabik oleh pertentangan sesama Indonesia sekaligus perang dengan Belanda. Di Indocina kaum nasionalis dengan gigih membendung ambisi Perancis berkuasa kembali. Adapun AS bersiap-siap melepas Filipina dengan rela.
4. Pada 1 Oktober 1949 Mao memproklamirkan “Republik Rakyat Cina”. Hingga kini dua negara tersebut masih sulit disatukan. RRC menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memberontak.
5. Di India, rasa percaya diri warisan perang muncul. Ketika perang masih berkobar, Inggris terpaksa memberi kepercayaan kepada orang India untuk beberapa tugas dan hal tersebut dilaksanakan dengan baik. Orang India membuktikan bahwa mereka mampu mengatur diri sendiri, jelas mereka tak mau diperlakukan sebagai warga kelas dua di negeri sendiri. Mereka tidak menganggap anggota INA sebagai pengkhianat. Ketika Inggris mengadili anggota INA, keributan terjadi dan panglima Inggris di India yaitu Jenderal Sir Claude Auchinlek memerintahkan pembebasan mereka.
6. Proklamasi Pakistan dan India terjadi bersamaan, yaitu 15 Agustus 1947. Kedua negara tersebut sejak awal terlibat konflik soal Kasymir, negeri yang dipimpin maharaja beragama Hindu dengan mayoritas rakyatnya Muslim. Sesungguhnya Kasymir ingin berdiri sendiri. Ketika Pakistan mencoba menarik wilayah tersebut masuk Pakistan, maharaja terpaksa cepat-cepat memilih bergabung dengan India. Masalah Kasymir sempat mengobarkan perang Pakistan-India dan hingga kini masih mengganggu hubungan kedua negara.
7. Pada 2 September, Ho Chi Minh memproklamirkan “Republik Demokrasi Vietnam dengan ibu kota Hanoi. Hanoi masuk wilayah wewenang pasukan Cina.
8. Di Filipina, kehancuran akibat perang sungguh luar biasa. Usai perang, Presiden Sergio Osmena tak punya waktu berkampanye untuk menghadapi kemerdekaan yang akan diproklamirkan pada 4 Juli 1946, dan komunis mulai melaksanakan kekacauan. Ketika itu MacArthur masih memiliki wewenang mengatur Filipina dari markasnya di Tokyo. Contohnya, dalam kasus mengusut kejahatan perang Jepang di negeri itu. Dua terdakwa utama yaitu Homma dan Yamashita dipersalahkan atas terjadi kekejaman Jepang, walaupun secara pribadi keduanya tidak jahat. Yamashita tidak tahu menahu tentang kekejaman selama pertempuran di Manila dan Homma jelas memberi perintah untuk memperlakukan para tawanan secara manusiawi.
9. Pada 4 Juli berakhirlah Persemakmuran Filipina dan menjadi Republik Filipina. Manuel Roxas menjadi presiden.
10. Birma merdeka pada 17 Januari 1948 dan U Nu menjadi perdana manteri.
BAB V
PENUTUP
Sesuatu yang berawal pasti ada pemicuya, keadaan di Eropa memberikan pengaruh yang besar bagi Negara – Negara di dunia khususnya Amerika sehingga untuk menghindari perang yang bukan perangnya orang Amerika muncul kebijakan isolasionisme yang merupakan penutupan ddiri Amerika terhadap keadaan di Eropa. Melihat keadaan di Eropa yang semakin memanas Jepang memanfaatkan peluang tersebut dengan melakukan ekspansi ke daerah luar dengan latar belakang ekonomi, kepadatan penduduk, tekanan dari bangsa barat yang merendahkan bangsa Asia, dan lainnya menimbulkan se3mangat yang luar biasa untuk melakukan ekspansi.
Diserangnya Perl Harbour berarti pecahlah Perang Pasifik, Amerika yang tadinya bersikap netral muncul sebagai pemeran utama. Kegemilangan Jepang penyerangan wilayah selatan seperti halnya Blitzkrieg yang di lancarkan Jerman memberikan kepercayaan diri yang tinggi bagi Jepang untuk menguasai Asia dan Pasifik, Pulau – pulau di PAsifik jajahan Inggris, Belanda, Amerika, Cina bahkan Prancis dapat direbut dalam waktu yang singkat. Pertempuran di laut Koral dan Nidway merupakan titik balik perjuangan Sekutu melawan Jepang hingga dengan pelan tapi pasti gerak maju pasukan sekutu sampai ke pulau terdekat Jepang dan dengan pertimbangan yang sangat matang meletuslah 2 bom atom di Jepang yang merupakan akhir dari perang Pasifik.
Perang pasti menghasilkan suatu dampak salah satu yang menyenangkan yaitu muncul Negara – Negara di Asia dan Pasifik untuk merdeka.
DAFTAR PUSTAKA
P.K. Ojong. 2001. Perang Pasifik. Jakarta: Kompas
Garis Besar Sejarah Amerika.
http://swaramuslim.net/ebook/html/013/index4.php?page=04-06. Bab VI PERANG PASIFIK : REVOLUSI TIMUR ALA JEPANG.