Sejarah Asia Tenggara

BAB I
PENDAHULUAN.
A.    Deskripsi
Asia Tenggara merupakan suatu kawasan yang mempunyai banyak keragaman Dari mulai bahasa, adat istiadat, kebudayaan, ras, dan suku bangsa dan yang lainnya yang mencirikan keheterogenitasan asia tenggara. Hal inilah yang merupakan sumber perbedaan yang mencolok dalam wilayah-wilayah bagian asia tenggara. Berbedanya latar belakang, sejarah, dan keadaan fisik dari suatu daerah menyebabkan berbeda pula perkembangan yang di alami oleh suatu negara.
Dalam sejarah Asia Tenggara lama banyak hal yang akan di pelajari, yang menyangkut negara-negara di Asia Tenggara dari mulai adanya kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara sampai pada sebelum pergerakan nasional bangsa-bangsa di asia tenggara.
Pada awal perkembangannya negara-negara di asia tenggara hampir semua mengalami masa kerajaan atau kekaisaran. Bharu setelah pengaruh dari luar masuk mulailah terdapat sisitem pemerintahan gaya pemerintahan barat. Penjelajahan-penjelajahan bangsa-bangsa barat ke wilayah asia tenggara mempunyai dampak yang sangat besar. Hal ini di buktikan dengan adanya kolonialisasi bangsa-bangsa barat (Eropa) terhadap wilayah-wilayah asia tenggara.
B.     Latar Belakang Masalah
Pangeran Canh, putera sulung Kaisar Gia-Long, yang mengikuti Pigneau de Behaine ke Istana Versailles, meninggal dunia tahun 1801. Saudaranya, Minh-Mang, yang menggantikannya di atas tahta tahun 1820, membenci orang-orang barbar dari barat itu. Ia menolak membuat perjanjian perdagangan dengan Perancis, atau bahkan menerima surat mengenai hal itu yang dikirim Louis XVIII kepadanya tahun 1825.
C.     Rumusan Masalah
1.      Mengapa terjadi peperangan Antara Perancis dengan Vietnam?
2.      Masalah apa yang dihadapi oleh Perancis?
BAB II
PEMBAHASAN
Vietnam dan Permulaan Expansi Perancis di Indochina, 1820-1870.
Pertama kali  Perancis datang ke Vietnam adalah untuk berdagang. Kemudian lama kelamaan Perancis ingin menjadikan Vietnam menjadi koloninya sehingga berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan Vietnam.
Berawal dari bantuan Perancis atas permintaan Gia-Long untuk menghadapi pemberontak tay-Son tahun 1777. kemudian sampai anak Gia-Long yang bernama Pangeran Canh di bawa ke Peracis oleh Pigneau dan sampai kembalinya pada Desember 1788.     
Ada tahun 1801 putera pertama kaisar Gia Long yang bernama Pangeran Canh meninggal dunia. Sehungga kekuasaan jatuh ketangan saudaranya yang bernama Minh-Mang pada tahun 1820. Minh-Mang sangat membenci orang-orang Barbar dari barat. Dia menolak melakukan perjanjian dengan pedagang perancis ataupun surat terjanjian yang datangnya langsung dari Raja Louis XVIII pada tahuan 1825. berkali-kali Perancis mencoba untuk mengadakan perjanjian dengan Minh-Mang tapi selau ditolak. Permintaan Perancis untuk mengadakan perjanjian dengan minh-mang dilakukan oleh Bougainville pada tahun 1831, oleh de Kergariou tahun 1827, oleh Admiral Laplace tahun 1831, tetapi semuanya ditolak mentah-mentah. Bahkan pada tahun 1826 konsul dari Perancis tidak diperbolehkan ada di daerah kekuasaan Minh-Mang.
Minh-Mang beragama Konfucius yamg sangat mengangkat pinggi kebudayaan cina dan sangat fanatik terhadap agama lain. Minh-Mang menghidupkan kembali politik hukuman kepada orang Kristen. Politik ini disebut politik Nguyen. Hukuman ini banyak yang menentng. Pigneu, Le Van, Duyet, Gubernur Cochin-China, mengadakan keritik kepada peraturan tersebut.
Padahal dalam amanat Gia Long sebelum meninggal adalah bahwa jangan ada hukuman antara ketiga agama itu ( Confucius, Keristen, dan Budha). pada waktu itu kaisar berhasil menguasai 6 buah provinsi. Namun pada tahun 1833 Le Van Duyet meninggal. Dengan meninggalnyabeliau maka timbul peraturan baru yang mengucilkan orang-orang Kristen. Pengucilan terhadap orang-orang kristen berbuntut pada pemberontakan di Gia-dinh tetapi berhasil di lumpuhkan, bahkan beberapa missionatis terbunuh.
Pada bulan November 1839 terjadi prang antara cina dengan Inggris. Kemudian inggris berhasil menduduki khusan dan menyerang benteng-benteng taku di daerah Sungai Pei. Dengan adanya serangan tersebut maka baru terbukanya pikiran bahwa sikap isolasi sangat membahayakan bagi Cina sendiri. Pada bulan januari 1841 Minh-Mang meninggal dan diganti oleh Thieu-Tri (1841-1847). Thieu Tri mencoba menghidupkan kembali politik penghukuman kepada orang Kristen, bahkan dengan kekuatan yang sangat besar. Dapat di sayangkan bahwa Thieu-Tri tidak secerdas ayahnya, sehingga Hongkong dapat dikuasai inggris serta membuka lima pelabuhan untuk orang-orang Eropa.
Pada pebuari 1843 terdapat lima misionaris yang akan di bunuh tetapi dengan termintaan Admiral Cecile (komandan angkatan laut perancis) kelima misionaris tersebut dapat di selamatkan. Hal ini berarti pemikiran cina telah mulai terbuka terhadap orang eropa. Ini di tandai dengan bertambahnya hak esk-teritorial kepada orang eropa.
Pada tahun 1844 terjadi perjanjian Wangsia yang berisi tentang hak-hak amerika serikat terhadap bagian wilayahnya di Cina. Da pada tahun yang sama  Perancis jga mendapat toleransi bagi orang Perancis yang beragama Khatolik.
Tahun 1845 Admiral Cecile kembali berhasil membela dan membebaskan Mgr. Lefevre Bishop Apostolik. Kemudian Mgr. Lefevre di buang ke Singapura, tetapi di perjalanan dia mengancam kepada nahkoda supaya dia di selundupkan lagi kedaerah cochin-cina.
Pada tanggal 13 Maret 1847 Gubernur Perancis yang bernama Butterworth melaporkan bahwa kapal-kapal yang datang ke Cochin Cina telah mendapat peraturan baru yang ketat terhadap orang asing. Pada tahun 1847 Perancis mencoba untuk memaksa Thieu Tri memyerah kepada perancis dengan memamerkan angkatan lautnya di Tourane. Untuk menjaga keamanan pemerintahan Perancis di Cina maka Perancis menurunkan komandan Lapiere dengan kapal Glorie dan Victoriesusenya. Namun Thieu-Tri tidak tinggal diam, dia mengumpulkan pasukan dengan jumlah besar di Tourane dengan alasan sebagai penghormatan kepada pasukan Perancis. Thieu-tri mengajak para perwiranya untuk berpesta tetapi para perwira menolaknya, akhirnya kapal-kapal vietnam menyerang kapal perancis dengan tembakan. Akhirnya kapal perancis pergi.
Pemerintahan Tu-Duc
Tahun 1848 Thieu-Tri diganti oleh anaknya yang bernama Tu-Duc, (1848-1883). Pada waktu itu terdapat seorang Konfusius yang sangat taat dan berpengetahuan menciptakan peraturan-peraturan yang didukung oleh Gubernur Thongkin dan Cochin Cina. Diantara peraturan itu adalah melakukan kekerasan kepada orang Kristen, menghancurkan perkampunganya, membagikan tanahnya, dan memisahkan antara laki-laki dan perempuan. Setiap orang akan diberi tulisan pada pipinya. Pipi kiri dengan tulisan ”ta do” yang artinya kafir dan pipi kanannya tulisan nama daerah, darimana dia dikeluarkan. Beribu-ribu orang meninggal akibat perlakuan ini. Pada tahun 1851-1852 dua orang misionaris Perancis di bunuh. M. De Montigny, konsul perancis untuk pemerintahan Kamboja dan Muangthai di utus untuk pergi ke Hue untuk menemui Tu-Duc dan menyampaikan sebuah protes keras.
Pada masa pemerintahan Tu-Duc banyak pembunuhan terhadap Orang Eropa. Pembunuhan-pembunuhan adalah pada tahun 1856 misionaris Perancis disiksa dan di bunuh karena dituduh telah ikut dalam pemberontakan di Kwangsi. Korban-korban Minh-Mang yang di hukum mati dengan tujuan yang sama, tahun 1857 Tu-Duc telah membunuh bisop Spanyol yang bernama Mrg. Diaz. Inilah yang menyebabkan perancis mendapat alasan untuk menduduki Annam. Apalagi pada waktu itu prancis memiliki squardon angkatan laut yang kuat di perairan cina. Selain itu perancis bekerjasama dengan Inggris dan spanyol yang sama-sama ingin menduduki Annam. Pada tahun 1867 De Montigny ke Hue dan menyampaikan tiga permohonan kepada Tu-Duc. Diantaranya:
1.      Jaminan kebebasan Agama bagi orang-orang Kristen
2.      Ijin mendirikan agen perdagangan Perancis di Hue, dan
3.      Pengakuan bagi pengangkatan seorang  konsul Perancis di sana.
Setalah kantor direbut oleh pasukan Inggris-Perancis awal tahun 1858, pasukan Perancis-Spanyol dibawah Admiral Rigault de Genouilly menuju Tourane. Tiba di Tourane tanggal 31 Agustus 1858.
Karena terserang penyakit dan kekurangan makanan, pasukan penjaga menjadi terlalu lemah untuk menyerang Hue. Setelah mempertimbangkan berbagai hal Admiral itu memutuskan untuk merebut Saigon, gudang beras Annam saat itu Tourane telah dikosongkan, dan bulan Pebruari 1859 Saigon berhasil direbut.
Karena permusuhan dengan Cina berlanjut sehingga operasi besar-besaran terpaksa dihentikan. Permusuhan itu memuncak saat Peking berhasil ditundukkan oleh pasukan Inggris-Perancis pada bulan oktober 1860. pada bulan Nopember 1859 Rigault de Genoully digantikan oleh Admiral Page, yang telah menerima perintah untuk berunding dengan Tu-Duc. Karena Tu-Duc mencoba bermain taktik, sehingga Ouage datang ke Tourane dan menghancurkan beberapa benteng.
 Perang Cina berakhir bulan Januari 1851, kemudian Admiral Charner dengan squadron angkatan laut dan 3.000 pasukan berangkat ke Saigon. Tanggal 25 Pebruari Admiral Charner berhasil memenangkan peperangan di Chi-hoa dan berhasil menangkap Mi-tho pada bulan April. Kemudian berturut-turut berhasil menduduki Giadinh, Thu daw-mot dan berbagai propinsi Bien-hoa dan Go-cong. Bulan November Admiral Bonard berhasil menguasai seluruh Cochin China pesisir, serta pulau Condore dan semua pulau kecil di muara delta Mekong.
Bulan Mei 1862, Tu-Duc mengirim utusan untuk menanyakan persyaratan pada Perancis, agar bisa mengakhiri peperangan diselatan dan terbebas dari kesulitan-kesulitan yang berada di Tongking. Bulan berikutnya perjanjian disetujui. Kemudian Tu-Duc menyerahkan tiga propinsi bagian timur Cochin China pada Prancis dan setuju membayar ganti rugi yang cukup besar dengan angsuran 10 tahu.
Saat ingin mendapatkan ratifikasi perjanjian oleh Kaisar Napoleon III terjadi beberapa penundaan karena kapal yang membawa delegasi ke Prancis dihentikan oleh angin ribut. Sementara Bonard melakukan kesalahan dalam pergantian Residen Prancis untuk mengawasi pemerintahan pribumi. Akibatnya bulan Desember 1862 timbul pemberontakan. Ketika perjanjian ditanda-tangani oleh Kaisar Napoleon III, Tu-Duc awalnya menolak menambahkan ratifikasinya, karena ancaman dari Bonard yang akan mengirim bantuan Prancis pada pemberontakan di Tongking, sehingga Tu-Duc harus menambahkan ratifikasinya.
Tahun 1863, saat Lagrandiere mengambil alih koloni baru situasinya sudah sangat berbahaya. Sebelum Tu-Duc meratifisir perjanjian telah mengutus Phan Thanh-Gian ke Paris untuk mengembalikan daerah yang telah diserahkan dengan ganti rugi yang diperbesar.
 Raja Norodom dari Kamboja yang naik tahta tahun 1860, pada tahun 1861 mangalami kesulitan karena saudaranya yang bernama Si Votha memberontak dan memaksanya mengungsi ke Battambang. Selama beberapa tahun Kamboja bertahan dari Muangthai dan Vietnam. Raja mencoba mempertahankan kemerdekaan dengan cara membayar upeti pada kedua belah pihak.
 Raja yang mengungsi mencoba pergi ke Bangkok untuk mencari bantuan senjata dan mendapatkan kembali mahkotanya. Permintaan tersebut didukung oleh Mgr.Miche, Vicar Apostolik Kamboja, yang kemudian menulis pada konsul Perancis di Bangkok untuk mendekati Muangthai. Bulan Maret 1862 pemerintah mengirim kembali Norodom ke Kampot dengan sebuah kapal api uap untuk memasuki ibu kota. Bagi perancis tujuan mereka adalah meneruskan peran sebagai "Protektor" Kamboja. Sebuah kapal bersenjata perancis yang dikirim oleh Admiral Charner ke Phnom Penh untuk melindungi misionnaris Perancis membuat kebingunan para pemberontak.
Charner tertarik pada keadaan Kamboja sejak awal bulan Maret 1861, saat Charner mengutus perwiranya untuk memberitahukan pada Norodom bahwa Perancis akan membantu mempertahankan kemerdekaan Kamboja. Namun Raja mengatakan pada utuan itu akan menyerahkan semua kelanjutan kerajaan pada Muangthai yang telah menyelamatkan dari penguasaan Vietnam.
Bulan September 1862 Bonard mengunjungi Norodom dan menganjurkan untuk menakhukkan Cochin China, Perancis beranggapan bahwa Negara itu sekarang mempunyai hak atas upeti yang sebelumnya dibayar pada Hue. Bulan April 1863 Bonard mengambil keputusan untuk penegakan pengaruh perancis dengan mengirimkan seorang letnan angkatan laut, Doudart de Lagree sebagai seorang Residen. Bonard menyuruh melakukan survey geografis negri itu dan menjalin hubungan dengan Raja. Saat kembali Residen melaporkan bahwa raja Muangthai lebih berkuasa di Oudong daripada raja Kamboja.Berita ini membuat Lagrandiere memberi waktu pada
Muangthai untuk memperkuat kekuasaanya di Kamboja. Pada bulan Juli 1863 Lagrandiere melakukan kunjungan pribadi ke Oudong dan menawarkan bantuan dalam menjaga kemerdekaan dari Muangthai. Awalnya Raja ragu, namun karena kaeadaan masih berbahaya Raja menerima tawaran tersebut. Raja juga takut kalau-kalau agitator po Kombo, yang telah menyulitkan Perancis diperbatasan akan merebut tahtanya.
Babak Kedua Expansi Perancis di Indochina, 1870-1900
Dalam bulan Mei 1868, ketika berada di Hankow pada perjalanan kembalinya dari Yunnan-fu, Francis Garnier menjumpai seorang pedagang Perancis, Jean Depuis. Penemuan-penemuan yang dilakukan oleh missi Doudrat de Lagree-Garnier menarik perhatiaqn Dupuis untuk kemungkinan pembukaan route perdagangan memasuki Yunnan dengan melalui Sungai Merah (Song-Koi).
Dalam tahun berikut, meskipun banyak tentangan dari orang-orang mandarin Tongking dan kesulitan-kesulitan route, ia menyerahkan muatan perlengkapan militernya pada pemerintahan Yunnan. Tongking waktu itu dalam keadaan yang sangat mnyedihkan.
Garnier tiba tanggal 5 November 1873. Usahanya untuk menengahi berlangsung hanya beberapa hari. Setelah mendapatkan kesukaran dengan oran-orang mandarin itu, ia mengeliarkan proklamasi yang menyatakan Song-koi terbuka untuk perdagangan umum. Tindakan tanpa memikirkan akibat yang dilakukan dengan berani itu berhasil baik hingga dengan tambahan pasukan sukarela yang disusunnya, ia mampu merampas 5 benteng, termasuk Hai-pong dan Ninh-binh, dan menguasai pemerintahan Tongking Pesisir.





BAB III
PENUTUP
Selama pemberontakan Berjalan terus Perancis yang menguasai Cochin China terus mengalami kurun waktu krisis. Penarikan pasukan untuk bertugas di Tongking, dan dengan situasi Kamboja banyak minta serdadu diberangkatkan, Cochin China diancam serangan gerombolan bersenjata yang memberontak yang telah bergabung di propinsi Annam, Binh-thuan.
Pengaturan pemerintahan dipagari oleh keputusan-keputusan yang dikeluarkan bulan Oktober 1887. Keputusan-keputusan ini menempatkan protektorat Annam dan Tongking ditangan Menteri Angkatan Laut dan Kolono di Paris dan menjadikan Kambija, Cochin China, Annam dan Tongking, Union Indochinoise. Pemerintahan yang lebih tinggi daripada ini dipercayakan pada seorang Gubernur Jendral Sipil dan dibagi kedalam 5 departemen, masing-masing dibawah Commandant Superiur des troupes, Commandent Superiur  de la Marine, Secretaire general, Chef du Sevice judiciaire, dan Direteur des Dauanes st regies.









DAFTAR PUSTAKA
·         G. E. Hall. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya. Usaha nasional.
·         http:// WWW.Wikipedia asia tenggara lama.com.