MODUL PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI
MENGANALISIS PERKEMBANGAN KEHIDUPAN
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA
(Bagian : Kerajaan-Kerajaan Islam di Pulau Jawa)
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Sejarah
Dosen Pengampu M.
Nur Rokhman, M. Pd dan Supardi, M. Pd.
oleh :
Wisnu Adi Wibowo
( 07406244034 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 2
A. Pengantar ................................................................................................... 2
B. Tujuan ......................................................................................................... 2
C. Manfaat ...................................................................................................... 2
D. Peta Konsep.................................................................................................. 3
BAB II MATERI ...................................................................................................... 4
A. Kerajaan Demak .......................................................................................... 4
B. Kerajaan Pajang............................................................................................ 7
C. Kerajaan
Mataram ....................................................................................... 10
D. Kerajaan Banten ..........................................................................................
15
BAB III KESIMPULAN............................................................................................
20
EVALUASI ...............................................................................................................
21
BAHAN ACUAN ...................................................................................................
24
KUNCI JAWABAN ................................................................................................
25
Kompetensi Dasar : Menganalisis Perkembangan Kehidupan Kerajaan-Kerajaan
Islam di Indonesia
Pokok
Bahasan : Kerajaan-Kerajaan Islam di Pulau Jawa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Dalam membicarakan Kedatangan Islam tentunya tidak terlepas dari
kerajaan-kerajaan Islam baik di luar Pulau Jawa maupun di dalam Pulau Jawa itu
sendiri. Tahukah kalian mengenai Kerajaan Islam apa saja yang berada di Pulau
Jawa ? Tentunya kalian ingat, dengan Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan
Mataram dan Kerajaan Banten. Semuanya tadi merupakan Kerajaan Islam yang berada
di Pulau Jawa. Dari kesemuanya itu dalam modul ini akan dibahas satu persatu
mengenai Kerajaan Islam yang berada di Pulau Jawa. Mulai dari pertama kerajaan
pertama di Pulau Jawa beserta sejarah awal berdirinya masing-masing Kerajaan
Islam tersebut sampai dengan runtuhnya kerajaan tersebut.
B. Tujuan
- Menyebutkan kerajaan-kerajaan Islam yang berada di wilayah Pulau Jawa
- Menjelaskan awal berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sampai dengan keruntuhannya.
- Menjelaskan kehidupan politik, ekonomi dan sosial dari masing-masing kerajaan Islam di Jawa
- Menyebutkan raja yang membawa puncak kejayaan kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa.
- Menjelaskan sebab-sebab kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa.
C. Manfaat
Siswa diharapkan memiliki kearifan
budaya terutama kebudayaan lokal. Selain itu, siswa diharapkan memiliki
keteladanan sifat-sifat para pemimpin yang arif selama memerintah pada pemerintahan
kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia khususnya kerajaan-kerajaan
Islam yang berada di wilayah Pulau Jawa.
D. Peta Konsep
|
|
|
|
|
BAB II
MATERI
A. KERAJAAN DEMAK
- Awal Berdirinya
Kerajaan Demak secara geografis
terletak di Jawa Tengah dengan pusat pemerintahannya di daerah Bintoro di muara
sungai, yang dikelilingi oleh daerah rawa yang luas di perairan Laut Muria. Kerajaan
Demak dianggap sebagai kerajaan Islam pertama di wilayah Pulau Jawa. Pada
awalnya, Demak merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintoro atau
Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit. Kadipaten
Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja Brawijaya
V (Bhre Kertabumi) raja Majapahit. Seiring dengan berkembangnya Islam di Demak,
maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di
pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri
dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit.
Kesultanan Demak merupakan kesultanan
Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah
pada tahun 1478
setelah Demak berdiri sendiri terlepas dari Majapahit yang telah hancur. Dalam waktu singkat, Demak berkembang
menjadi kerajaan besar. Wilayah kerajaan Demak meliputi Jepara, Semarang,
Tegal, serta lembang, jambi, pulau pulau antara kalimantan, dan sumatera, serta
beberapa daerah di pulau kalimantan. Pelabuhan pelabuhan penting yang dikuasai
Demak ialah Jepara, Tuban, Sidayu, Jaratan, dan Gresik. Demak mempunyai peran
penting dalam pengembangan agama Islam di Pulau Jawa dan Demak menjadi pusat
penyebaran agama islam. Penyebar penyebar agama islam terkenal dengan sebutan
wali. Untuk tempat beribadah dan pusat kegiatan agama., para wali mendirikan
masjid di demak.
- Kehidupan Politik, Ekonomi dan
Sosial
Raja-raja yang pernah memereintahan di
Kerajaan Demak yang pertama sekaligus sebagai pendiri kerajaan Demak ini ialah
Raden Patah yang bergelar Sultan Alam
Akbar al-Fatah (1500 – 1518). Raden Patah merupakan
keturunan raja terakhir dari Kerajaan Majapahit yakni Raja Brawijaya V. Dibawah
pemerintahannya, Kerajaan Demak berkembang dengan pesat karena memiliki daerah
pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh
karena itu, Kerajaan Demak menjadi kerajaan yang agraris-maritim. Pada masa
ini, wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu,
Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito. Pada tahun 1511
ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis hubungan Demak dengan Malaka terputus
sehingga Demak merasa dirugikan oleh Portugis dalam aktivitas perdagangan. Oleh
karena itu, pada tahun 1513 Raden Patah memerintah Adipati Unus untuk memimpin
pasukan Demak dalam menyerang Portugis di Malaka. Serangan ini belum berhasil
karena pasukan Portugis mempunyai persenjataan yang lengkap dan jauh lebih kuat
dari pasukan Demak. Namun demikian, Adipati Unus mendapat julukan Pangeran
Sabrang Lor sebagai simbol dari usahanya
Lihatlah foto
disamping, Siapakah dia? Kalian tahu, itu adalah foto Raden Patah. Setelah
Raden Patah wafat pada tahun 1518, tahta Kerajaan
Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M.
Namun demikian, pemerintahan Adipati Unus ini tidaklah begitu lama yakni hanya
dalam jangka waktu tiga tahun. Demak di bawah Pati Unus
adalah Demak yang berwawasan nusantara. Visi Ilustrasi Raden Patah besarnya adalah
menjadikanDemak sebagai kesultanan maritim yang besar. Pada masa
kepemimpinannya, Demak merasa terancam dengan pendudukan Portugis di Malaka. Dengan
adanya Portugis
di Malaka, kehancuran pelabuhan-pelabuhan Nusantara tinggal menunggu waktu.
Oleh sebab itu, pada masa pemerintahan Adipati Unus, Demak melakukan blokade
pengiriman beras ke Malaka sehingga Portugis kekurangan makanan.
Meskipun dalam memerintah Demak,
Adipati Unus tidaklah lama tetapai namanya cukup terkenal sebagai panglima
perang yang memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka. Setelah beliau
meninggal dalam usia yang masih muda, beliau tidak meninggalkan seorang putra
mahkota. Calon pengganti Pati
Unus ialah Pangeran Sekar, putra kedua Raden Patah. Tetapi Pangeran Sekar
dibunuh oleh Sunan Prawata yang merupakan putra sulung pangeran Trenggana.
Sedangkan Pangeran Trenggana adalah putra ketiga Raden Patah. Sehingga pemerintahan Demak digantikan oleh saudaranya Adipati Unus yang bernama Pangeran Trenggana. Pada
pemerintahan Sultan Trenggono inilah Demak mengalami zaman keemasan.
Dalam bidang Ekonomi Demak mempunyai
peran sangat penting. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi
sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di jalur perdagangan nusantara
memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan maritime. Sebagai Negara maritim
inilah, Demak menjalankan fungsinya sebagai penghubung dan transito antara
daerah-daerah penghasil rempah-rempah di Indonesia bagian timur dan Malaka
sebagai pasaran Indonesia bagian barat. Hal ini mendorong Kerajaan Demak untuk
menggantikan kedudukan Malaka sebagai pusat perdangangan baik nasional maupun
internasional. Untuk mencapai tujuan ini, Demak bermaksud menduduki Malak
terlebih dahulu dengan mengusir Portugis yang telah berkuasa di Malaka sejak
tahun 1511 M.
Perekonomian Kerajaan Demak berkembang
dengan pesat dalam dunia maritime karena didukung oleh penghasilan dalam bidang
agraris yang cukup besar. Kerajaan Demak ini mengusahakan kerjasama yang baik
dengan daerah-daerah di Pantai utara Pulau Jawa yang telah menganut Islam
sehingga tercipta persemakmuran dengan Demak sebagai pemimpinnya. Agama Islam
inilah yang merupakan factor yang menjadi unsur pemersatu yang menimbulkan
kekuatan yang besar.
Namun demikian sebagai kerajaan Islam
yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah
pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi
komoditi dagang. Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil
pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi. Kehidupan
social masyarakat telah diatur oleh aturan-aturan atau hokum-hukum yang berlaku
dalam ajara Islam, tetapi tidak begitu saja meninggalkan tradisi lama sehingga
muncullah system kehiduapan social masyarakat yang telah teratur.
- Zaman Keemasan
Kerajaan Demak mengalami masa kejayaan pada pemerintahan Sultan Trenggana
yang memerintah dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggana berusaha untuk
memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522
Kerajaan Demak mengirimkan pasukan ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Ia adalah seorang ulama dari pasai yang datang ke demak untuk mengabdi kepada Sultan. Kedatangannya
diterima dengan baik oleh Sultan Trenggana. Pada tahun 1527 armada Demak
dibawah pimpinan Faletehan menuju ke Banten, Sunda kelapa, dan Cirebon. Ketiga
daerah tersebut termasuk wilayah kerajaan Pajajaran. Banten dapat direbut,
kemudian dilakukan penyerangan ke Sunda kelapa, ketika itu orang-orang Portugis
juga datang ke Sunda Kelapa. Mereka akan mendirikan kantor dagang dan benteng di Sunda Kelapa. Kemudian
terjadi perang antara orang Portugis dengan armada Demak. Demak kemudian menang
dan armada portugis dapat dihancurkan. Tepat pada tanggal 22 Juni 1527 Sunda Kelapa data dikuasai dan dganti nama dengan
Jayakarta.
Karena usaha
perluasan wilayah ke Jawa Barat berhasil, maka Sultan Trenggana ingin meluaskan
wilayah lebih lanjut. Kali ini sasarannya adalah Pasuruan, Jawa Timur. Dalam
usaha menaklukkan Jawa Timur, sultan trenggana gugur. Peristiwa tersebut
terjadi pada tahun 1546.
- Keruntuhan
Setelah wafatnya Sulatan Trenggana terjadi
perebutan kekuasaan di Kerajaan Demak. Perebutan ini terjadi antara Pangeran
Sekar Seda ing Lepen dan Sunan Prawata yang merupakan putra tunggal Sultan
Trenggana. Dengan demikian terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Sunan Prawata
kepada Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Putra dari Pangeran Sekar Seda ing Lepen
yang bernama Arya Penangsang dari Jipang menuntut balas kematian ayahnya dengan
membunuh Sunan Prawoto. Selain itu, Arya Penangsang juga membunuh Pangeran
Hadiri yang dianggap sebagai penghalang Arya penangsang menjadi Sultan di
Demak.
Setelah itu, Arya Penangsang kembali
dibunuh oleh Ki Jaka Tingkir yang dibantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan
putranya Sutawijaya serta Ki Panjawi. Jaka Tingkir naik tahta dan penobatannya
dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah beliau menjadi Raja, beliau bergelar Sultan
Hadiwijaya kemudian memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan dari Demak ke
Pajang.
B. KERAJAAN PAJANG
- Awal Berdirinya
Menurut
naskah babad, Andayaningrat gugur di tangan Sunan Ngudung saat terjadinya perang
antara Majapahit
dan Demak.
Ia kemudian digantikan oleh putranya, yang bernama Raden Kebo Kenanga, bergelar
Ki Ageng Pengging. Sejak saat itu Pengging
menjadi daerah bawahan Kesultanan Demak. Beberapa tahun kemudian Ki Ageng
Pengging dihukum mati karena dituduh hendak memeberontak terhadap Demak. Putranya yang
bergelar Jaka Tingkir setelah dewasa justru mengabdi ke Demak. Prestasi Jaka Tingkir
yang cemerlang dalam ketentaraan membuat ia diangkat sebagai menantu Sultan
Trenggana, dan menjadi bupati Pajang bergelar Hadiwijaya.
Wilayah Pajang saat itu meliputi daerah Pengging, Tingkir, Butuh dan sekitarnya.
Sepeninggal
Sultan
Trenggana tahun 1546, Sunan Prawoto
naik takhta, namun kemudian tewas dibunuh sepupunya, yaitu Arya
Penangsang bupati Jipang tahun 1549. Setelah itu, Arya
Penangsang juga berusaha membunuh Hadiwijaya
namun gagal. Dengan dukungan Ratu
Kalinyamat (bupati Jepara putri Sultan
Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya
Penangsang. Ia pun menjadi pewaris takhta Kesultanan
Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.
Pangeran Hadiwijaya merupakan raja
pertama kerajaan Pajang. Kedudukannya yang disahkan oleh Sunan Giri segera
mendapat pengakuan dari adipati diseluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demak
sendiri berubah statusnya kadipaten dengan adipati Arya Pangiri salah seorang
anak sunan Prawoto. Pengikut Adi wijoyo yang sngat berjasa dalam mengalahkan
Arya Penangsang adalah Kiyai Ageng Pamanahan. Ia kemudian diberi hadiah daerah
Mataram yakni yang berada di wilayah sekitar Kota Gede Yogyakarta (sekarang).
Ia dikenal dengan sebutan Kiayai Gede Mataram dan merupakan perintis pendiri
Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1582 Hadiwijaya meninggal, Pangeran
Benowo yang merupakan putranya yang seharusnya menggantikannya disingkirkan
oleh Arya Pangiri dari Demak. Oleh Arya Pangiri, pangeran Benowo dijadikan
Adipati di Jipang, sedang Pajang diduduki oleh Arya Pangiri.
- Kehidupan Politik, Ekonomi dan
Sosial
Pada
zaman Kesultanan Demak, majelis ulama Wali Songo
memiliki peran penting, bahkan ikut mendirikan kerajaan tersebut. Majelis ini
bersidang secara rutin selama periode tertentu dan ikut menentukan kebijakan
politik Demak.
Sepeninggal Sultan Trenggana, peran Wali Songo
ikut memudar. Sunan Kudus bahkan terlibat pembunuhan terhadap
Sunan Prawoto,
raja baru pengganti Sultan Trenggana. Meskipun tidak lagi bersidang
secara aktif, sedikit banyak para wali masih berperan dalam pengambilan
kebijakan politik Pajang. Misalnya, Sunan Prapen bertindak sebagai pelantik Hadiwijaya
sebagai sultan. Ia juga menjadi mediator pertemuan Sultan
Hadiwijaya dengan para adipati Jawa Timur
tahun 1568.
Sementara
itu, Sunan Kalijaga juga pernah membantu Ki Ageng Pemanahan meminta haknya pada Sultan
Hadiwijaya atas tanah Mataram sebagai hadiah sayembara menumpas Arya
Penangsang. Wali lain yang masih berperan menurut naskah babad
adalah Sunan Kudus.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya tahun 1582, ia berhasil
menyingkirkan Pangeran Benawa dari jabatan putra mahkota,
dan menggantinya dengan Arya Pangiri. Mungkin yang dimaksud dengan Sunan Kudus
dalam naskah babad adalah Panembahan Kudus, karena Sunan Kudus
sendiri sudah meninggal tahun 1550.
- Zaman Keemasan
Pada
awal berdirinya tahun 1549, wilayah Kesultanan Pajang hanya meliputi sebagian Jawa Tengah
saja, karena negeri-negeri Jawa Timur banyak yang melepaskan diri sejak
kematian Sultan Trenggana. Pada tahun 1568 Sultan
Hadiwijaya dan para adipati Jawa Timur
dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen. Dalam kesempatan itu, para
adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang di atas negeri-negeri Jawa Timur.
Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama Surabaya (pemimpin persekutuan
adipati Jawa Timur)
dinikahkan dengan putri Sultan Hadiwijaya. Negeri kuat lainnya, yaitu Madura juga
berhasil ditundukkan Pajang. Pemimpinnya yang bernama Raden Pratanu alias
Panembahan Lemah Duwur juga diambil sebagai menantu Sultan
Hadiwijaya.
- Keruntuhan
Tanah
Mataram
dan Pati
adalah dua hadiah Sultan Hadiwijaya untuk siapa saja yang mampu
menumpas Arya Penangsang tahun 1549. Menurut laporan
resmi peperangan, Arya Penangsang tewas dikeroyok Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi. Ki Penjawi
diangkat sebagai penguasa Pati sejak tahun 1549. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan baru mendapatkan hadiahnya
tahun 1556 berkat bantuan Sunan Kalijaga. Hal ini disebabkan karena Sultan
Hadiwijaya mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram
akan lahir kerajaan yang lebih besar dari pada Pajang. Ramalan tersebut menjadi
kenyataan ketika Mataram
dipimpin Sutawijaya
putra Ki Ageng Pemanahan sejak tahun 1575.
Tokoh
Sutawijaya
inilah yang sebenarnya membunuh Arya
Penangsang. Di bawah pimpinannya, daerah Mataram
semakin hari semakin maju dan berkembang. Pada tahun 1582 meletus perang Pajang
dan Mataram
karena Sutawijaya
membela adik iparnya, yaitu Tumenggung Mayang, yang dihukum buang ke Semarang
oleh Sultan Hadiwijaya. Perang itu dimenangkan pihak
Mataram
meskipun pasukan Pajang jumlahnya lebih besar. Sepulang dari perang, Sultan
Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan
antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran
Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri
didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan
Arya Pangiri
hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram.
Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran
Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun
1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya
menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya
memerangi Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran
Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua. Perang antara Pajang
melawan Mataram
dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri.
Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran
Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran
Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang
menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram.
Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya.
Sutawijaya
sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar Panembahan Senopati
C. KERAJAAN MATARAM
1.
Awal Berdirinya
Nama kerajaan Mataram tentu sudah pernah
Anda dengar sebelumnya dan ingatan Anda pasti tertuju pada kerajaan Mataram
wangsa Sanjaya dan Syailendra pada zaman Hindu-Budha.
Kerajaan Mataram yang akan dibahas dalam
modul ini, tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram zaman Hindu-Budha.
Mungkin hanya kebetulan nama yang sama. Dan secara kebetulan keduanya berada
pada lokasi yang tidak jauh berbeda yaitu Jawa Tengah Selatan. Pada awal
perkembangannya kerajaan Mataram adalah daerah kadipaten yang dikuasai oleh Ki
Gede Pamanahan. Daerah tersebut diberikan oleh Pangeran Hadiwijaya (Jaka
Tingkir) yaitu raja Pajang kepada Ki Gede Pamanahan atas jasanya membantu
mengatasi perang saudara di Demak yang menjadi latar belakang munculnya
kerajaan Pajang. Ki Gede Pamanahan memiliki putra bernama Sutawijaya yang juga
mengabdi kepada raja Pajang sebagai komando pasukan pengawal raja. Setelah Ki
Gede Pamanahan meninggal tahun 1575, maka Sutawijaya menggantikannya sebagai
adipati di Kota Gede tersebut.
Setelah pemerintahan Hadiwijaya di Pajang
berakhir, maka kembali terjadi perang saudara antara Pangeran Benowo putra
Hadiwijaya dengan Arya Pangiri, Bupati Demak yang merupakan keturunan dari Raden
Trenggono. Akibat dari perang saudara tersebut, maka banyak daerah yang
dikuasai Pajang melepaskan diri, sehingga hal inilah yang mendorong Pangeran
Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya.
Atas bantuan Sutawijaya tersebut, maka
perang saudara dapat diatasi dan karena ketidakmampuannya maka secara sukarela
Pangeran Benowo menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berakhirlah kerajaan Pajang dan sebagai kelanjutannya muncullah kerajaan
Mataram. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah bagian Selatan dengan
pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta sekarang.
Pada
awalnya Kerajaan Mataram adalah sebuah daerah kadipaten yang berda dibawah
kekuasaan Kerajaan Pajang. Lokasi kerajaan Mataram tersebut di Jawa Tengah
bagian Selatan dengan pusatnya di kota Gede yaitu di sekitar kota Yogyakarta
sekarang ini lah Mataram terus berkembang hingga akhirnya menjadi sebuah
kerajaan besar dengan wilayah kekuasaannya yang meliputi daerah Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan sebagian daerah Jawa Barat.
2.
Kehidupan Politik,
Ekonomi dan Sosial
Setelah runtuhnya Kerajaan Demak pusat
penerintahan dipindahkan ke Pajang oleh Ki Jaka Tingkir atau Sultan Hadiwijaya
yang merupakan menantu dari Sultan Trenggana dan selanjutnya mendirikan
Kerajaan Pajang. Namun Kerajaan Pajang ini usianya tidak lama yaitu antara
tahun 1569-1586 M. Setelah Sultan Hadiwijaya meninggal kota-kota pesisir terus
diperkuat sehingga membahayakan kedudukan Kerajaan Pajang. Sedangkan Pangeran
Benowo pengganti Sultan Hadiwijaya tidak dapat mengatasi gerakan-gerakan yang
dilakukan oleh para bupati dari daerah pesisir itu. Oleh karena itu, Pangeran
Benowo menyerahkan kekuasaan kerajaan kepada Sutawijaya. Dengan demikian
berdirilah Kerajaan Mataram. Adapun raja-raja yang pernah memerintah di
Kerajaan Mataram ini yang pertama yaitu Panembahan Senopati.
Panembahan
Senopati ini merupakan gelar bagi Sutawijaya. Ia memerintah tahun Kerajaan
Mataram mulai dari tahun 1586 sampai dengan 1601. Pada awal pemerintahannya ia
berusaha menundukkan daerah-daerah seperti Ponorogo, Madiun, Pasuruan, dan
Cirebon serta Galuh. Namun demikian, sebelum usaha dari Panembahan Senopati untuk
memperluas dan memperkuat Kerajaan Mataram ini dapat terwujud, Ia meninggal.
Akhirnya digantikan oleh putranya yaitu Mas
Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati tahun 1601 – 1613.
Mas Jolang memerintah Mataram dari
tahun 1601 sampai dengan 1613 M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Mataram
diperluas wilayahnya lagi dengan mengadakan pendudukan terhadap daerah-daerah
di sekitarnya.. Adapun daerah-daerah yang berhasil dikuasainya adalah Ponorogo,
Kertosono, Kediri, Wirosobo (Mojoagung).
Pada tahun 1612 M, Grersik-Jeratan
berhasil dihancurkan. Namun, karena berjangkitnya penyakit menular maka pasukan
Mataram yang langsung dipimpin olh Mas Jolang itu sendiri terpaksa kembali ke
Mataram. Pada masa pemerintahan Mas Jolang ini banyak bupati Jawa Timur yang
berusaha memberontak dan melepaskan diri. Dengan susah payah, Mas Jolang
menghadapinya. Bahkan, sebelum seluruhnya dapat diatasi Mas Jolang meninggal di
Krapyak tepat pada tahun 1613 dan dimakamkan di Pasar Gede selanjutnya diberi
gelar Pangeran Seda ing Krapyak. Tahta selanjutnya digantikan oleh Mas Rangsang yang bergelar Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman,
yang memerintah tahun 1613 – 1645. Sultan Agung merupakan raja terbesar dari
kerajaan ini sehingga Mataram dapat mencapai masa kejayaannya.
Kerajaan Mataram yang berada di daerah pedalaman
Jawa Tengah benar-benar merupakan sebuah Negara agraris. Akan tetapi, penguasa
daerah pantai yang mata pencaharian utamanya adalah pelayaran perdaganagn
menghendaki daerahnya sebagai Negara merdeka atau setidak-tidaknya sebagai
anggota serikat atau federasi yang sifatnya desentralisasi.
Dibawah pemerintahan Sulatan Agung
kehidupan perekaonomian masyarakat berkembang pesat karena didukung oleh hasil
bumi mataram yang besar. Selain itu, Sulatan Agung melakukan usaha-usaha untuk
meningkatkan daerah-daerah persawahan dan memindahkan banyak petani ke daerah
Karawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu
masyarakat yang bersifat feudal. Para pejabat memperoleh imbalan beruapa tanah
garapan atau pajak tanah. Sistem kehidupan ini menjadi dasar utama munculnya
tuan-tuan tanah di Jawa.
3.
Zaman Keemasan
Sebelum Sultan Agung berkuasa.
Sebenarnya tahta Kerajaan Mataram di duduki oleh Raden Mas Martapura. Namun,
karena sakit-sakitan akhirnya turun dari tahta Kerajaan Matarm. Kemudian
digantikan oleh Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Senopati alogo Ngabdurrahman. Ia adalah raja Mataram yang
pertama memakai gelar sultan, sehingga lebih dikenal dengan nama Sultan Agung.
Sultan agung memerintahn Mataram mulai dari tahun 1613-1645 M. Di bawah
pemerintahnnya Kerajaan Mataram mencapai masa kejayaan. Sultan Agung disampin
seorang raja, ia juga tertarik dengan filsafat, kesusastraan, dan seni. Sehingga
Sultan Agung menulis buku filsafat yang berjudul Sastro Gading.
Sultan
agung merupakan raja yang gagah berani, cakap
dan bijaksana. Ia mempunyai tujuan mempertahankan seluruh tanah Jawa dan
mengusir orang-orang Belanda. Sehingga ia juga terkenal sebagai seorang sultan
yang sangat antipati terhadap Belanda. Pada tahun 1625 hampir seluruh pulau Jawa dikuasainya kecuali
Batavia dan Banten. Penyatuan wilayah-wilayah kekuasaan Mataram ini dilakukan dengan
salah satu caranya melalui ikatan perkawinan antara adipati-adipati dengan
putri-putri Mataram, bahkan Sultan Agung sendiri menikah dengan putri Cirebon
sehingga daerah Cirebon juga mengakui kekuasaan Mataram..
Pada masa pemerintahan Sultan Agung
Kerajaan Mataram mengadakan dua kali penyerangan ke Batavia pada tahun 1628 M
dan 1629 M, namun keduanya gagal. Penyebab kegagalan serangan terhadap VOC
antara lain karena jarak tempuh dari pusat Mataram ke Batavia terlalu jauh
kira-kira membutuhkan waktu 1 bulan untuk berjalan kaki, sehingga bantuan
tentara sulit diharapkan dalam waktu singkat. Dan daerah-daerah yang
dipersiapkan untuk mendukung pasukan sebagai lumbung padi yaitu Kerawang dan
Bekasi dibakar oleh VOC, sebagai akibatnya pasukan Mataram kekurangan bahan
makanan. Dampak pembakaran lumbung padi maka tersebar wabah penyakit yang
menjangkiti pasukan Mataram, sedangkan pengobatan belum sempurna.
Hal inilah yang banyak menimbulkan
korban dari pasukan Mataram. Di samping itu juga sistem persenjataan Belanda
lebih unggul dibanding pasukan Mataram. Kegagalan ini membuat Sultan Agung
memperketat penjagaaannya pada daerah-daerah perbatasan yang dekat dengan
Batavia sehingga di bpemerintahannya Belanda sulit menembus Mataram. Pada tahun
1645 M Sulatan Agung wafat dan digantikan oleh putranya yang mendapat gelar Amangkurat
I.
4.
Keruntuhan
Setelah wafatnya Sultan Agung tahun
1645, Mataram tidak memiliki raja-raja yang cakap dan berani seperti Sultan
Agung, bahkan putranya sendiri yaitu Amangkurat I dan cucunya Amangkurat II,
Amangkurat III, Paku Buwono I, Amangkurat IV, Paku Buwono II, Paku Buwono III
merupakan raja-raja yang lemah. Kelemahan raja-raja Mataram setelah Sultan
Agung dimanfaatkan oleh penguasa daerah untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Mataram juga VOC. Akhirnya VOC berhasil juga menembus ke ibukota dengan cara
mengadu-domba sehingga kerajaan Mataram berhasil dikendalikan VOC.
Silsilah Kerajaan Mataram
Pada pemerintahan Amangkurat I yang
berlangsung dari tahun 1645 sampai dengan 1677 M, orang-orang Belanda mulai
masuk ke daerah Mataram. Bahkan Amangkurart I menjalin hubungan yang sangat
erat dengan Belanda. Belanda diperkenankan untuk mendirikan benteng di Kerajaan
Mataram. Setelah diperkenankan mendirikan Benteng, Belanda kemudian bertindak
sewenang-wenang. Akhirnya mengakibatkan munculnya pemberontakan pemberontakan,
diantaranya pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Trunoyo dari Madura pada
tahun 1674 sampai dengan 1679. Pangeran
Trunajaya berhasil menjalin hubungan dengan bupati di daerah pesisir pantai.
Bahkan ibukota Mataram hamper dikuasai oleh Trunajaya. Namun, karena
perlengkapan persenjataan yang jauh dibawah pasukan Belanda, akhirnya
pemberontakan itu berhasil dipadamkan. Ketika pertempuran terjadi di pusat
ibukota Kerajaan Mataram, Amangkurat I menderita luka-luka dan dilarikan ke
Tegalwangi hingga meninggal dunia.
Tahta kerajaan Mataram setelah
meninggalnya Amangkurat I, diduduki oleh Amangkurat II yang memerintah dari
tahun 1677 sampai dengan 1703 M. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan
Kerajaan Mataram semakin sempit. Sebagian besar daerah-daerah kekuasaan diambil
alih Belanda. Amangkurat Ii yang tidak tertarik untuk tinggal di ibukota
Kerajaan Mataram kemudian mendirikan ibukota baru di Desa Wonokerto yang diberi
nama Kartasurya. Di ibukota inilah Amangkurat Ii menjalankan pemerintahannya
terhadap sisa-siasa Kerajaan Mataram, hingga akhirnya meninggal pada tahun 1703
M. Setelah Amangkurat II meninggal, Kerajaan Mataram menjadi tambah suram dan
pada tahun 1755 M melalui perjanjian Giyanti, Kerajaan Mataram dibagi menjadi
dua wilayah yakni Daerah kesultanan Yogyakarta dan Daerah Kesuhunan Surakarta.
D. KERAJAAN BANTEN
1.
Awal Berdirinya
Banten awalnya merupakan salah satu dari
pelabuhan kerajaan Sunda. Pelabuhan ini direbut 1525 oleh gabungan dari tentara
Demak dan Cirebon. Setelah ditaklukan daerah ini diislamkan oleh Sunan Gunung
Jati. Pelabuhan Sunda lainnya yang juga dikuasai Demak adalah Sunda Kelapa,
dikuasai Demak 1527, dan diganti namanya menjadi Jayakarta.
Silsilah Kerajaan Banten
Setelah Anda menyimak silsilah raja-raja
Banten tersebut, yang perlu Anda ketahui bahwa dalam perkembangan politiknya,
selain Banten berusaha melepaskan diri dari kekuasaan Demak, Banten juga
berusaha memperluas daerah kekuasaannya antara lain Pajajaran. Dengan
dikuasainya Pajajaran, maka seluruh daerah Jawa Barat berada di bawah kekuasaan
Banten. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan raja Panembahan Yusuf. Pada masa
pemerintahan Maulana Muhammad, perluasan wilayah Banten diteruskan ke Sumatera
yaitu berusaha menguasai daerah-daerah yang banyak menghasilkan lada seperti
Lampung, Bengkulu dan Palembang. Lampung dan Bengkulu dapat dikuasai Banten
tetapi Palembang mengalami kegagalan, bahkan Maulana Muhammad meninggal ketika
melakukan serangan ke Palembang.
Dengan dikuasainya pelabuhan-pelabuhan
penting di Jawa Barat dan beberapa daerah di Sumatera, maka kerajaan Banten
semakin ramai untuk perdagangan, bahkan berkembang sebagai kerajaan maritim.
Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Pemerintahan
Sultan Ageng, Banten mencapai puncak keemasannya Banten menjadi pusat
perdagangan yang didatangi oleh berbagai bangsa seperti Arab, Cina, India,
Portugis dan bahkan Belanda. Belanda pada awalnya datang ke Indonesia, mendarat
di Banten tahun 1596 tetapi karena kesombongannya, maka para pedagang-pedagang
Belanda tersebut dapat diusir dari Banten dan menetap di Jayakarta.
Di Jayakarta, Belanda mendirikan kongsi dagang
tahun 1602. Selain mendirikan benteng di Jayakarta VOC akhirnya menetap dan
mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia tahun 1619, sehingga kedudukan VOC di
Batavia semakin kuat. Adanya kekuasaan Belanda di Batavia, menjadi saingan bagi
Banten dalam perdagangan. Persaingan tersebut kemudian berubah menjadi
pertentangan politik, sehingga Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti kepada VOC.
Dalam rangka menghadapi Belanda/VOC, Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan
melakukan perang gerilya dan perampokan terhadap Belanda di Batavia. Akibat
tindakan tersebut, maka Belanda menjadi kewalahan menghadapi Banten. Untuk
menghadapi tindakan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut, maka Belanda melakukan
politik adu-domba (Devide et Impera) antara Sultan Ageng dengan putranya yaitu
Sultan Haji. Akibat dari politik adu-domba tersebut, maka terjadi perang
saudara di Banten, sehingga Belanda dapat ikut campur dalam perang saudara
tersebut. Belanda memihak Sultan Haji, yang akhirnya perang saudara tersebut
dimenangkan oleh Sultan Haji. Dengan kemenangan Sultan Haji, maka Sultan Ageng
Tirtayasa ditawan dan dipenjarakan di Batavia sampai meninggalnya tahun 1692.
Dampak dari bantuan VOC terhadap Sultan Haji maka Banten harus membayar mahal,
di mana Sultan Haji harus menandatangani perjanjian dengan VOC tahun 1684.
Perjanjian tersebut sangat memberatkan dan merugikan kerajaan Banten, sehingga
Banten kehilangan atas kendali perdagangan bebasnya, karena Belanda sudah
memonopoli perdagangan di Banten. Akibat terberatnya adalah kehancuran dari kerajaan
Banten itu sendiri karena VOC/Belanda mengatur dan mengendalikan kekuasaan raja
Banten. Raja-raja Banten sejak saat itu berfungsi sebagai boneka.
2.
Kehidupan Politik,
Ekonomi dan Sosial
Kehidupan politik pemerintahan Banten
ditandai dengan adanya konsolidasi pemerintahan terutama pada masa awal
berdirinya kerajaan ini. Pada masa selanjutnya ditandai dengan adanya perluasan
wilayah serta perebutan hegemoni di Selat Sunda dan Laut Jwa dengan Mataram,
bangsa Portugis, dan Belanda(VOC).
Kerajaan Banten menjadi pusat
perdagangan yang dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya yaitu :
a)
Banten terletak di Teluk Banten
dan pelabuhannya memiliki syarat sebagai pelabuhan yang baik.
b)
Kedudukan Banten yang sangat
strategis di tepi Selat Sund karena aktivitas pelayaran perdagangan dari
pedangan Islam semakin ramai sejak Portugis berkuasa di Malaka.
c)
Banten memiliki bahan ekspor
penting yaitu lada sehingga menjadikan daya tarik yang kuat bagi
pedagang-pedagang asing.
d)
Jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis mendorong pedangang-pedagang mencari jalan baru di Jawa Barat di
samping Cirebon.
Sejak daerah Banten diislamkan oleh
Fatahillah, kehidupan social masyarakat secara perlahan-lahan mulai
berlandaskan ajaran atau hokum-hukum yang berlaku dalam agama Islam. Bahkan
pengaruh islam semakin berkembang ke daerah pedalaman setelah kerajaan Banten
dapat mengalahkan kerajaan Hindu Pajajaran. Pendukung setia Kerajaan Pajajaran
menyingkir ke pedalaman yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebgai suku
badui.
3.
Zaman Keemasan
Pemerintahan Sultan Ageng, Banten
mencapai puncak keemasannya Banten menjadi pusat perdagangan yang didatangi
oleh berbagai bangsa seperti Arab, Cina, India, Portugis dan bahkan Belanda.
Selain itu ditandai dengan dikuasainya pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa
Barat dan beberapa daerah di Sumatera, maka kerajaan Banten semakin ramai untuk
perdagangan, bahkan berkembang sebagai kerajaan maritim.
Kehidupan social kerajaan Banten di
bawah pemerintahan Sultan Agrng Tirtayasa meningkat pesat karena ia sangat
memperhatikan kehidupang rakyat dan berusaha untuk memajukan kesejahteraan
rakyat. Usaha yang dilakukannya adalah menerapkan system perdagangan bebas dan
mengusir Belanda dari Batavia, meskipun masih gagal.
4.
Keruntuhan
Dengan didirikannya benteng di
Jayakarta VOC akhirnya menetap dan mengubah nama Jayakarta menjadi Batavia
tahun 1619, sehingga kedudukan VOC di Batavia semakin kuat. Adanya kekuasaan
Belanda di Batavia, menjadi saingan bagi Banten dalam perdagangan. Persaingan
tersebut kemudian berubah menjadi pertentangan politik, sehingga Sultan Ageng
Tirtayasa sangat anti kepada VOC. Dalam rangka menghadapi Belanda/VOC, Sultan
Ageng Tirtayasa memerintahkan melakukan perang gerilya dan perampokan terhadap
Belanda di Batavia. Akibat tindakan tersebut, maka Belanda menjadi kewalahan
menghadapi Banten. Untuk menghadapi tindakan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut,
maka Belanda melakukan politik adu-domba (Devide et Impera) antara Sultan Ageng
dengan putranya yaitu Sultan Haji. Akibat dari politik adu-domba tersebut, maka
terjadi perang saudara di Banten, sehingga Belanda dapat ikut campur dalam perang
saudara tersebut. Belanda memihak Sultan Haji, yang akhirnya perang saudara
tersebut dimenangkan oleh Sultan Haji. Dengan kemenangan Sultan Haji, maka
Sultan Ageng Tirtayasa ditawan dan dipenjarakan di Batavia sampai meninggalnya
tahun 1692. Dampak dari bantuan VOC terhadap Sultan Haji maka Banten harus
membayar mahal, di mana Sultan Haji harus menandatangani perjanjian dengan VOC
tahun 1684. Perjanjian tersebut sangat memberatkan dan merugikan kerajaan
Banten, sehingga Banten kehilangan atas kendali perdagangan bebasnya, karena
Belanda sudah memonopoli perdagangan di Banten. Akibat terberatnya adalah
kehancuran dari kerajaan Banten itu sendiri karena VOC/Belanda mengatur dan
mengendalikan kekuasaan raja Banten. Raja-raja Banten sejak saat itu berfungsi
sebagai boneka.
Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah
kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin
dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles. Tragedi ini
menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-Jenderal
Belanda, Herman William Daendels tahun 1808 Untuk menambah
pemahaman kalian mengenai letak kerajaan Banten dilihat dari peta pulau jawa,
lihatlah peta dibawah ini !
|
BAB III
KESIMPULAN
Dengan membaca modul ini semoga kalian dapat lebih memahami mengenai
Kerajaan-kerajaan Islam yang berda di wilayah Pulau Jawa. Selamat untuk Kalian
yang telah selesai mempelajari modul ini tentang Kerajaan-Kerajaan Islam di
Pulau Jawa. Mudah-mudahan setelah kalian mempelajari modul ini, kalian dapat
memahami dan mengambil pelajaran untuk kehidupan kalian selanjutnya agar kalian
dapat bersikap bijaksana dan mengambil pelajaran yang baik sebagai dasar untuk
menjadi pemimpin kelak nantinya.
Dalm modul ini, ada beberapa hal yang sudah kalian pelajari dari isi
modul ini diantaranya yakni :
1.
Kerajaan-kerajaan Islam yang
berada di wilayah Pulau Jawa diantaranya yakni Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang,
Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten.
2.
Mengetahui awal berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sampai dengan keruntuhannya.
3.
Mengetahui kehidupan politik,
ekonomi dan sosial dari masing-masing kerajaan Islam di Jawa
4.
Mengetahui
raja yang membawa puncak kejayaan kerajaan-kerajaan
Islam di Pulau Jawa seperti Sultan Trenggana, Sultan
Hadiwijaya, Sultan Agung dan Sultan Ageng Tirtayasa.
5.
Mengetahui sebab-sebab
kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Pulau Jawa.
EVALUASI
Untuk mengukur kemampuan kalian, kerjakanlah soal-soal yang telah
disediakan. Kerjakanlah soal dibawah ini secara seksama dan teliti agar kalian
dapat memperoleh prestasi yang kalian harapkan secara optimal. Junjunglah sifat
Kejujuranmu !
Soal Pilihan Ganda
1. Kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa ialah ….
A. Kerajaan Mataram C. Kerajaan
Demak
B. Kerajaan Banten D. Kerajaan
Pajang
2. Raja Demak yang mendapat sebutan “ Sabrang Lor “ adalah raja…
A. Raden Patah C.
Sumangsang
B. Pati Unus D.
Sultan Trenggono
3. Orang-orang Islam dari Kerajaan
manakah yang mendukung berdirinya kerajaan Banten ?
A. Kerajaan Mataram C. Kerajaan
Samudra Pasai
B. Kerajaan Panjajaran D. Kerajaan Aceh
4. Dengan daerah wilayah di pedalaman
Kerajaan Demak mengembangkan sektor
A.
Sektor Perikanan C.
Sektor Maritim
B.
Sektor Pariwisata D.
Sektor Agraria
5. Kerajaan Banten melakukan ekspansi
dan berhasil memperluas wilayahnya ke hampir seluruh Banten pada masa
pemerintahan …
A. Sultan Ageng Tirtayasa C. Sultan Hasanuddin
B. Maulana Yusuf D. Maulana Muhammad
6. Manakah berikut ini Kerajaan Islam
di Indonesia yang menitik beratkan sektor agraria?
A.
Kerajaan Demak C.
Kerajaan Banten
B.
Kerajaan Mataram Islam D.
Kerajaan Pajang
7. Penyerangan pasukan Demak ke
Malaka di bawah pimpinan Adipati Unus bertujuan untuk ….
A. menguasai jalur perdagangan C. mengusir bangsa Portugis
B. menarik perhatian para pedagang D. mengembalikan fungsi Malaka
8. Belanda memecah belah Mataram dengan tujuan ….
A. mempermudah pengawasan C. melaksanakan politik devide et impera
B. menghindari adanya kerajaan besar D. menghancurkan kerajaan Mataram
9. Belanda memecah belah Matarm
dengan menggunakan politik …
A. Politik Bebas Aktif C.
Politik Devide Et Impera
B.
Politik Pintu Terbuka d.
Politik Etis
10. Sultan Hadiwijaya kemudian
memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan dari Demak A. Pajang C. Banten
B.
Mataram D.
Tegal Rejo
11. Pengikut Hadi Wijaya yang sangat
berjasa dalam mengalahkan Arya Penangsang adalah Kiyai Ageng Pamanahan. Ia
kemudian diberi hadiah daerah …
A.
Mataram C.
Demak
B.
Banten D.
Cirebon
12.
Pemimpinnya yang mempunyai sebutan Panembahan Lemah Duwur yang diambil sebagai
menantu Sultan Hadiwijaya, sebenarnya adalah Raden …
A.
Raden Wijaya C.
Raden Patah
B.
Raden Pratanu D.
Raden Kusuma
13. Sutawijaya
sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja
pertama bergelar ….
A.
Sultan Agung C. Panembahan Pamanahan
B. Raja Agung D.
Panembahan Senopati.
14. Pada awalnya Kerajaan Mataram
adalah sebuah daerah kadipaten yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan ….
A.
Banten C.
Madura
B.
Demak D.
Pajang
15. Sebelum Sultan Agung berkuasa.
Sebenarnya tahta Kerajaan Mataram di duduki oleh A. Raden Mas Martapura C. Ki Ageng Pemanahan
B. Sutawijaya D. Panembahan
Senopati
16. Amangkurart I menjalin hubungan
yang sangat erat dengan Belanda dan Belanda diperkenankan untuk mendirikan
benteng di Kerajaan Mataram yang mengakibatkan terjadi Pemberontakan
diantaranya yaitu …
A. Pemberontakan Trunajaya C. Pemberontakan Petani
B. Pemberontakan Buruh D.
Pemberontakan Kaum Adat
17. Kerajaan Mataram dibagi menjadi
dua wilayah yakni Daerah kesultanan Yogyakarta dan Daerah Kesuhunan Surakarta
tercantum dalam perjanjian
A.
Perjanjian Ekstradisi C.
Perjanjian Bongaya
B.
Perjanjian Damai D.
Perjanjian Giyanti
18. Yang dianggap sebagai peletak
dasar berdirinya satu kekuatan politik Islam di Banten adalah …
A.
Pangeran Jepara C Sunan Gunung
Jati
B.
Maulana Yusuf D.
Sultan Hasanuddin
19. Kehidupan social kerajaan Banten
di bawah pemerintahan Sultan Agrng Tirtayasa meningkat pesat karena ia sangat
memperhatikan kehidupang rakyat dan berusaha untuk memajukan kesejahteraan
rakyat. Usaha yang dilakukannya adalah
A. Menerapkan system pemerintahan Demokrasi
B. Penghapusan Pajak tanah
C. Menerapkan system tanah garapan
D. Menerapkan system perdagangan bebas
20. Politik adu-domba (Devide et
Impera) yang dilakukan oleh Belanda yakni terjadi antara …. dengan …
A. Sultan Agung dengan Sultan Ageng Tirtayasa
B. Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji
C. Sultan Agung dengan Sultan Haji
D. Raden Wijaya dengan Sultan Haji
Soal Uraian Singkat
1.
Kerajaaan Demak mengalami zaman
kejayaan pada masa pemerintahan raja …
2.
Tiga kerajaan Islam yang berada
di Pulau Jawa adalah …
3.
Kerajaan Islam di Jawa yang
menjadi pusat penyebaran agama islam dan sekaligus sebagai penakluk kekuasaan
Hindu Majapahit adalah …
4.
Pada masa pemerintahan Sultan
Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan ditandai dengan …
5.
Kehidupan politik Kerajaan
Mataram Islam ditandai dengan adanya …
6.
Apakah sebab kemunduran dari
kerajaan Demak?
7.
Raja pertama kerajaan Pajang
yang kedudukannya disahkan oleh Sunan Giri adalah …
8.
Kerajaan Banten mencapai puncak
keemasannya yang ditandai dengan Banten menjadi pusat perdagangan pada masa
pemerintahan…
9.
Adanya kekuasaan Belanda di
Batavia, menjadi saingan bagi Banten dalam
perdagangan. Persaingan tersebut kemudian berubah
menjadi pertentangan politik bagi Raja …
10.
Kesultanan Banten dihapuskan
tahun 1813
oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin
dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh …
Soal Uraian
1.
Jelaskan latar belakang berdirinya kerajaan Mataram!
2.
Sebutkan tindakan-tindakan Sultan Agung sebagai raja Mataram!
3.
Sebutkan sebab-sebab kehancuran dari kerajaan Mataram!
4.
Jelaskan tentang proses masuknya Islam di Maluku!
5. Sebutkan usaha-usaha Portugis dalam rangka menguasai perdagangan
di Maluku!
Selamat mengerjakan dan sukses selalu!
BAHAN ACUAN :
Badrika, I Wayan 2006, Sejarah Untuk SMA
Kelas XI Program Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga
R. Soekmono. 1985. Sejarah Kebudayaan Indonesia 3.
Yogyakarta : Kanisius
KUNCI JAWABAN
Soal Pilihan Ganda
- C. Kerajaan Demak
- B. Pati Unus
- B. Kerajaan Panjajaran
- D. Sektor Agraria
- B. Maulana Yusuf
- B. Kerajaan Mataram Islam
- C. mengusir bangsa Portugis
- D. menghancurkan kerajaan Mataram
- C. Politik Devide Et Impera
- A. Pajang
- A. Mataram
- B. Raden Pratanu
- D. Panembahan Senopati.
- D. Pajang
- A. Raden Mas Martapura
- A. Pemberontakan Trunajaya
- D. Perjanjian Giyanti
- C Sunan Gunung Jati
- D. Menerapkan system perdagangan bebas
- B. Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji
Soal Uraian Singkat
- Sultan Trenggana
- Kerajaan-kerajaan Islam yang berada di Pulau Jawa antara lain Kerajaan Demak, Kerajaan Banten, dan Kerajaan Pajang.
- Kerajaan Demak
- Berkembangnya perekonomian di bidang perdagangan.
- Kehidupan politik Mataram Islam ditandai dengan adanya perebutan kekuasaan serta upaya perluasan wilayah.
- Adanya perang saudara antara keluarga Sultan Trenggono dengan Arya Penangsang.
- Pangeran Hadiwijaya
- Sultan Ageng Tirtayasa
- Sultan Ageng Tirtayasa
- Thomas Stamford Raffles
Soal Uraian
1.
Berdirinya kerajaan Mataram
tidak terlepas dari perang saudara di Pajang. Karena setelah kematian Pangeran
Hadiwijaya, raja Pajang, maka terjadi perebutan kekuasaan antara Pangeran
Benowo putra Hadiwijaya dengan Arya Pangiri keturunan Pangeran Trenggono. Untuk
menghadapi Arya Pangiri, Pangeran Benowo meminta bantuan kepada Sutawijaya,
sehingga Sutawijaya berhasil mengatasi perebutan kekuasaan tersebut. Atas
jasanya secara sukarela Pangeran Benowo menyerahkan takhta Pajang kepada
Sutawijaya sehingga Sutawijaya mendirikan kerajaan Mataram.
2.
Tindakan-tindakan Sultan Agung
sebagai Raja Mataram, yaitu :
a.
Menundukkan daerah-daerah yang
melepaskan diri untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
b.
Mempersatukan daerah-daerah
kekuasaannya melalui ikatan perkawinan.
c.
Melakukan penyerangan terhadap
VOC di Batavia tahun 1628 dan 1629.
d.
Memajukan ekonomi Mataram.
e.
Memadukan unsur-unsur budaya
Hindu, Budha dan Islam.
3.
Sebab-sebab kehancuran dari Kerajaan
Mataram, yaitu :
a.
Tidak adanya raja-raja yang
cakap seperti Sultan Agung.
b.
Banyaknya daerah-daerah yang
melepaskan diri.
c.
Adanya campur tangan VOC
terhadap pemerintahan Mataram.
d.
Adanya politik pemecah-belah
VOC melalui perjanjian Gianti 1755 dan Salatiga 1757
4.
Maluku sebagai daerah kepulauan
merupakan daerah yang subur terkenal sebagai penghasil rempah terbesar. Untuk
itu sebagai dampaknya banyak pedagang-pedagang yang datang ke Maluku untuk
membeli rempah-rempah tersebut. Di antara pedagang-pedagang tersebut terdapat
pedagang-pedagang yang sudah memeluk Islam sehingga secara tidak langsung Islam
masuk ke Maluku melalui perdagangan dan selanjutnya Islam disebarkan oleh para
mubaligh salah satunya dari Jawa.
5.
Usaha-usaha Portugis dalam
rangka menguasai perdagangan di Maluku
a.
Portugis melaksanakan politik
adu domba antara Ternate dan Tidore.
b.
Portugis mendirikan benteng di
Maluku (menanamkan kekuasaannya di Maluku).
c.
Portugis melakukan monopoli
perdagangan di Maluku.
5.
Coba simpulkan
tentang prinsip-prinsip dasar dalam penelitian sejarah lisan! Jawaban
Metode sejarah lisan adalah suatu metode
pengumpulan data atau bahan guna penulisan sejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku
sejarah yang ingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulai dikembangkan dengan
diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh Badan Arsip Nasional. Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan
sejarah di Indonesia
dilatarbelakangi oleh sulitnya
menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yang sezaman serta makin berkembangnya
perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil
dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen. Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab
dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan
teknik pengumpulan data yang amat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karena itu, dalam penelitian survei, teknik
wawancara merupakan pembantu utama dari metode Observasi.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Standar Isi Mata Pelajaran Sejarah
2.
DR. Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Penerbit Bentang
3.
Drs. Ismaun, 1992, Modul Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP Bandung
4.
Sartono Kartodirdjo, 1992, Pendekatan Ilmu Sosial dalam
Metologi Sejarah, Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama