PEMBERONTAKAN TAY-SON DI VIETNAM
Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Tenggara Lama
Dosen Pengampu: Sri Mulyati, M.Pd.
Disusun oleh:
Rinafika Dianasari (07406244023)
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
ABSTRAK
Pada tahun 1255M orang Vietnam di bawah dinasti Tran mendapat kemenangan atas orang Cham, dan menduduki pantai timur Indocina. Mereka hanya sedikit diancam oleh serbuan Mongol, dan kemudian perlawanan Che Bong Nga pahlawan Champa hanya sedikit diganggu oleh Dinasti Ming, yang mencaplok wilayah Tonkin dari tahun 1413 – 142.
Le-Loi sendiri pada tahun (1428 – 1433) membebaskan negerinya dari pengawasan Cina dan mendirikan Dinasti Le akhir yang memerintah sampai tahun 1527 dan menyelesaikan pennakhlukan Campa. Vietnam direorganisasi dan menjadi sebuah negara kemaharajaan. Walaupun ada pemberontakan dalam negeri antara kelompok Trinh dan Nguyen, mulai abad ke-17 kelompok orang-orang Vietnam mencapai Chochin-Cina, baik melalui darat maupun laut. Akhirnya mereka menduduki delta Sungai Mekong setelah membasmi kelompok orang Kamboja yang terakhir. Gerakan tersebut dibantu oleh Cina dan tidak mau tunduk dan melarikan diri dari Cina setelah dinasti Ming jatuh, dan mereka datang meminta suaka dari kerajaan Annam. Untuk membebaskan dari permasalahan tersebut maharaja memberikan beberapa wilayah Chochin-Cina kepada mereka. Dan itu lah asal dari koloni Cina modern.
Dinasti Nguyen dinobatkan menjadi pemimpin sejak tahun 1533, tetapi dalam masa pemerintahannya terjadi pemberontakan-pemberontakan, salah satunya adalah pada tahun 1773 terjadi pemberontakan Tay-Son bersaudara membahayakan kekuasaan mereka, dan berhasil mempersatukan negerinya dengan bantuan beberapa orang Perancis. Vietnam pun tidak hanya memperoleh batas-batasnya sekarang.[1]
A. PEMBERONTAKAN TAY-SON DI VIETNAM
Pada tahun 1733 tiga orang petani bersaudara ayang berasal dari wilayah Tay-son melakukan pemberontakan menentang wilayah Tay-son dan kemudian ke utara dan menuju Hanoi di Tonking.[2]
Sehubungan dengan ekspansi Nguyen ke selatan yang berhasil menguasai Udong dan Saigon maka keterlibatan pihak Annam segera dimuai. Pada tahun 1673 Saigon yang diperintah raja Ang Hon menjadi vasal Annam. Ang Hon berusaha menjajah Kamboja yang dikuasai oleh raja Ang Son (1677), karena Ang Son kalah maka meminta bantuan kepada Siam. Dengan bantuan Siam Ang Hon mundur dan berlindung kepada Annam untuk menyerang lagi pasukan Ang Son sampai bersedia mengakui Annam ebagai overlordship-nya. Antara Siam dan Annam terus berjuang memperebutkan pengaruh di Kamboja dan baru berakhir setelah Annam meletus pemberontakan Tayson bersaudara pada tahun 1773 – 1802.
Tahun 1765 Vo-Vuong meninggal, kerusakan istana timbul karena penggantinya seorang anak selir berusia 12 tahun. Kekuasaan pun direbut oleh seorang menteri yang rakus.Truong Phuc Loan yang menyatakan diri sebagai wali. Tapi ternyata dia tak mampu menmenyelesaikan tugas tersebut. Pada tahun 1773 pun distrik Tay-son memberontak di bawah tiga bersaudara, Nguyen Van Nhac, Nuyen Van Lu dan Nguyen Van Hue. [3]
Dari serangkaian peristiwa yang terjadi di Vietnam sebelum campur tangan Bangsa Barat secara nyata dan intensif, pemberontakan Tayson bersaudara lah yang dilihat paling berat. Pemberontakan ini dipelopori oleh tiga orang bersauddara, yaitu : Nguyen Van Nhac, Nguyen Van Lu dan Ngu Yen Van Hue. Walaupun mereka menggunakan nama keluarga Nuuyen, tetapi mereka bukanlah berasal dari lingkungan keluarga Nguyen yang sedanga memerintah atas nama Dinasti Le.[4]
Geraan pemberontakan diawali dari selatan, di dalam aksi-aksi melakukan perampokan, kekerasan dan kesadisan terhadap orag-orang pmeerintah yang tinggal di kota-kota. Kaum pemberontak pada awalnya merebut kota Qui-Hhon karena dengan didudukinya kota itu mereka dapat mengontrol seluruh daerah sentral Vietnam Selatan. Kemudian mereka mengincar Saigon sebagai inti kekuatan Nguyen. Setelah kota ini dapat dikuasai tidak ada lagi perlawanan Nguyen yang berarti. Pertahanan terakhir di Saigon dihancurkan dan pengikut Nguyen dibinasakan, hanya tingal sedikit yang selamat, dan mengiringi larinya salah seorang anggota keluarga Nguyen, bernama Nguyen Anh (Nguyen Phuc Anh). Di dalam persembunyiannya Nguyen Anh bertemu dengan seorang Pendete Kristen bangsa Perancis bernama Pigneau de Behaine yang berasal dari Adran. Dengan bantuan pendeta inilah Nguyen Anh akhirnya dapat berusaha kembali.[5]
Awal tahun 1777 setelah pemimpin-pemimpin Tay-son merebut Saigon dan memburu Nguyen, membunuh tiga orang diantaranya. Satu-satunya yang hidup adalah yang disebutkan diatas, yaitu Nguyen Phuc Anh, yang dikenal dengan Nguyen Anh, seorang anak yang berusia 15 tahun, yang melarikan diri ke Polu Panjang, yang kemudian dibantu oleh seorang pendeta Katolik Perancis, Pigneau de Behaine.
Salah satu pengikutnya Do- Thanh-Nhon memiliki seorang angkatan perampok yang terdiri dari orang-orang Vietnam, Kamboja, dan Cina. Mereka meleewati Saigon dan bandar tersebut dapat ditawannya seperti semula. Kemudian Do Thanh-Nhon menawan pula beberapa wilayah lainnya di Chochin Cina serta mengusir pemberontakan-pemberontakan Tayson itu keluar. Kemudian Nguyen Anh pun menjadikan dirinya sebagai penguasa Chochin Cina. Dia memerintah selama empat tahun sebelum terusir oleh serangan balas dari Tayson. Selama empat tahun itu Nguyen Anh mencoba memperoleh sokongan tentara. Pigneau de Behaine memberika nnasihat agar membuat kerjasama saja dengan Raja Louis XVI. Karena cara ini dipandang akan memakan waktu lama, dan keadaan Perancis un sedang dalam kemelut melawan England di sebelah pihak tanah jajahan Amerika yang memberontak melawan Inggris, Nguyen Anh pun memohon bantuan kepada Siam, akan tetapi bantuan ini snagat mustahil diterima, karrena peristiwa-peristiwa di Kamboja menimbulkan perselisihan politik dengan Siam. Perselisihan ini berlangsung hingga ngkatan bersentjata Siam mengundurkan diri dari Kamboja apabila sampai berita Taksin telah digulingkan dari tahtanya. Keadaan ini menjadi semakin sulit apabila Do Thanh-Nhon yang ditakuti itu dibunuh atas perintah Nguyen Anh. Pengikut-pengikut Do Thanh memberontak. Berita ini sampai ke telinga Tayson bersaudara, dan mereka pun melancarkan serangan-serangan dari laut dalam tahun 1782 dan menawan Saigon. Dan Nguyen Anh dan bisopnya pun terpaksa melarikan diri.
Setelah mengalahkan angkatan perang Nguyen Anh, pasukan tentara Tayson ke utara. Pada atahun 1783 Rama I mengirimkan satu pasukan untuk menentang Tayson yang datang lagi ke Saigon. Bantuan ini dikirim oleh Rama I untuk memenuhi rayuan Nguyen Anh. Angkatan perang Nguyen-Siam itu akhirnya dapat dikalahkan hingga mengundurkan diri ke Siam. Ketika menjadi orang pelarian di istana Rama I inilah Nguyen Anh meminta bantuan Perancis.
B. PERANAN PIGNEAU DE BEHAINE
Pigneau de Behaine menjadi terkenal bukan saja sebagai mubaligh yang tidak mementingkan dirinya, tetapi juga sebagai negarawan yang pintar serta jenderal yang agung. Ia mendapat kepercayaan dari Nguyen Anh untuk merundingkan bantuan tentara Perancis.
Di berbagai tempat selain di daerah Hue saudara-saudara Tayson berkuasa, dan Van Nhae pun menyatakan diri sebagai seorang kaisar. Kedua tokoh sepakat untuk bekerja sama mnumpas pemberontakan. Pemerintah Perancis setelah dihubungi menyetujui usul mereka, dan memberi kuasa penuh kepada Pigneau di Behaiho untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dan siadakanlah Perjanjian pada tanggal 20 Nopember 1787:[6]
- Pihak Perancis menyanggupi pengiriman kapal-kapal tentara dan senjata.
- Perancis akan mendapatkan Pulau Condore dan Teluk Tourane.
Sementara kaum pemberontak telah meraja lela di Annam mnenduduki Chocin-Cina, daerah Hue (1786) yang dikuasai oleh Trinh. Serangan dilanjutkan kea rah utara, bertrut-turut mereka menguasai Quang Tri, Quang-binh dan Hanoi. Selanjutnya kaum pemberontak membagi Vietnam menjadi tiga:[7]
- Van Hue, denan pusat gerakannya di Tonking dan Annam Utara
- Van Hhac dengan pusat gerakannya di Annam Tengh (ibu kota Hue)
- Van Llu berkuasa di Chocin China.
Pemberontakan Tay-Son kuat karena mendapat sokongan besar dari kaum tani dan golongan yang tidak memiliki tanah serta bantuan dari saudagar-saudagar.[8]
Penumpasan gerakan Tayson bersaudara benar-benar dipersiapkan dengan matang oleh Nguyen Anh. Ernyata diajuga minta dukungan Siam, dan selalu memantau keadaan kaum pemberontak untuk melihat kelemahan dan kelengahannya. Ketika gerommbolan pemberontak tiba di Tonkin, dimulailah aksi penumpasandengan menduduki Mitho dan dijadikansebagai basis operasinya, dan dilanjutkan menyerag Chocin China, karena menduga Saigon telah cukup lemah mengingat pasukan ppemberontak diarahkan ke Tonking Sigon jatuh ke tangan tentara gabungan Siam dan tentara Nguyen Anh. Selama berturut-turut Nguyen Anh berhasilmenduduki daerah sebelah utaranya, seperti Qui Nhon (1799), Hue (1801) dan Hanoi (1802). Dengan jatuhnya Hanoi berarti perlawanan terhadap pemberontak dapat dipatahkan.[9]
DAFTAR PUSTAKA
Groslier, Bernard Philippe. 2002. Indocina Persilangan Kebudayaan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Hall, D.G.E. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional
Khoo, Gilbert. 1976. Sari Sejarah Fajar Bakti. Sejarah Asia Tenggara sejak tahun 1500. Kuala Lumpur: Fajar Bakti.
Mudji Hartono. 1989. Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno. Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta.
[1] Bernard Philippe Groslier. Indocina Persilangan Kebudayaan. 2002. Jakarta: Kepustakaan Popoler Gramedia. Halaman 287.
[2] Gilbert Khoo. Sari Sejarah Fajar Bakti. Sejarah Asia Tenggara sejak tahun 1500. 1976Kuala Lumpur: Fajar Bakti. Halaman 137
[4] MudjiHartono. Ikhtisar Sejarah Asia Tenggara Kuno. 1989. Yogyakarta: FPIPS IKIP Yogyakarta. Halaman42.